14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

wa akibat-akibat religio-politis lebih jauh. Perkembangan ini memunculkan<br />

hambatan terhadap <strong>Islam</strong> sebagai sebuah entitas keagamaan<br />

yang tunggal.<br />

Salah satu implikasi paling jelas dari pengelompokan-pengelompokan<br />

itu adalah bahwa mereka turut mengakibatkan terjadinya<br />

kontraksi dalam konsep umat <strong>Islam</strong>. Dalam hal ini, karena<br />

perbedaan-perbedaan ideologis-politis yang tajam antara para<br />

politisi Muslim <strong>dan</strong> para politisi nasionalis, pengakuan terhadap<br />

keislaman seseorang tidak lagi ditentukan semata-mata oleh kenyataan<br />

bahwa ia adalah seorang Muslim. Akan tetapi, hal itu<br />

ditentukan <strong>dan</strong> diukur menurut keterlibatan orang itu dalam organisasi-organisasi<br />

sosial-politik <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> komitmennya kepada<br />

cita-cita politik tertentu yang dipan<strong>dan</strong>g <strong>Islam</strong>i.<br />

Berdasarkan alasan-alasan itu, orang <strong>Islam</strong> yang tidak sejalan<br />

dengan tujuan-tujuan politik partai-partai <strong>Islam</strong> biasanya digambarkan<br />

sebagai orang yang sekular atau munafik. Lebih dari itu,<br />

karena keterlibatan politis mereka dalam “kelompok-kelompok<br />

non-<strong>Islam</strong>” (PNI, PSI, <strong>dan</strong> seterusnya), mereka juga dinilai tidak<br />

mewakili aspirasi-aspirasi politik <strong>Islam</strong>. Secara ringkas dapat<br />

dikatakan di sini bahwa representasi <strong>Islam</strong> (atau visi <strong>Islam</strong> politik)<br />

diserahkan sepenuhnya kepada partai-partai politik <strong>Islam</strong>.<br />

Ini menjadikan <strong>Islam</strong> politik, biasanya juga dengan agama <strong>Islam</strong><br />

sebagai perluasannya yang niscaya, sebuah konsep <strong>dan</strong> klaim komunalistik.<br />

3<br />

3 Beberapa pendukung intelektualisme <strong>Islam</strong> baru kembali mengangkat sentimen<br />

ini sebagai arogansi keagamaan santri. Untuk ini, Munawir Syadzali menyatakan: “Mereka<br />

mengira dirinya betul-betul <strong>Islam</strong>. Dengan keangkuhan itu mereka menyangsikan<br />

komitmen orang lain terhadap <strong>Islam</strong>, kemudian berjuang eksklusif santri...<br />

Mari kita jujur. Contohnya, nama tokoh pendukung RUUPA bukan Rahmat atau<br />

Munawir, tapi Sugiono, <strong>dan</strong> ada Temon. Komitmen <strong>Islam</strong> mereka tidak kalah de-<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!