14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

rasi sosial-politik <strong>Islam</strong> disuarakan melalui semua organisasi politik<br />

yang ada, dengan melintasi jurang “ideologis” yang inheren<br />

di antara mereka.<br />

Keragaman politik tersebut sudah menjadi model dalam praktik<br />

<strong>Islam</strong> politik sepanjang Orde Baru. Di sini, politik kepartaian<br />

dimanfaatkan sebagai pendekatan yang sifatnya pelengkap. Meskipun<br />

demikian, menarik untuk dicatat bahwa dalam diskursus<br />

itu Golkar tampil di posisi terdepan. Sejak awal 1980-an, muncul<br />

kecenderungan untuk menyalurkan tujuan-tujuan sosial-politik<br />

<strong>Islam</strong> lewat partai penguasa ini. Tidak diragukan lagi, hal itu<br />

mencerminkan perkembangan penting yang telah mempengaruhi<br />

banyak para pemimpin Muslim lainnya, baik di pedesaan maupun<br />

perkotaan, untuk bergabung dengan organisasi politik terbesar<br />

di Indonesia tersebut. 40<br />

Ada beberapa alasan di balik peralihan strategi di atas, terutama<br />

berkaitan dengan dipilihnya Golkar sebagai saluran politik<br />

yang paling menguntungkan untuk mewakili kepentingan<br />

sosial-politik <strong>Islam</strong>. Pada tingkat filosofis, muncul gagasan yang<br />

beredar luas di kalangan generasi baru pemikir <strong>dan</strong> aktivis politik<br />

Muslim bahwa aspirasi sosial-politik <strong>Islam</strong> merupakan urusan<br />

seluruh umat <strong>Islam</strong> Indonesia, terlepas dari afiliasi sosial-politik<br />

mereka. Sejalan dengan itu, aspirasi-aspirasi tersebut hendaknya<br />

tidak dipahami sebagai “barang mewah” yang semata-mata dicita-citakan<br />

<strong>dan</strong> disadari oleh partai-partai politik yang secara for-<br />

40 Untuk kupasan menarik mengenai soal ini, lihat “Robohnya Dinding Politik <strong>Islam</strong>,”<br />

Tempo, 29 Desember 1984, hh. 12-16; “Pondok-pondok yang Berpaling,”<br />

Tempo, 12 Februari 1987, hh. 20-28; “Aspirasi <strong>Islam</strong>: ke Mana Kini?” Tempo, 9 Mei<br />

1987, hh. 20-25; “Golkar <strong>dan</strong> Pemilih <strong>Islam</strong>,” Tempo, 21 September 1991, hh. 21-<br />

33.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!