14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

yang ada sekarang ini harus dipan<strong>dan</strong>g sebagai tujuan final kaum<br />

Muslim Indonesia. 26<br />

Selain oleh pertimbangan-pertimbangan teologis yang telah dikemukakan<br />

di atas, penerimaan mereka terhadap konstruk “kesatuan<br />

nasional” negara Indonesia juga secara langsung dipengaruhi oleh beberapa<br />

faktor penting lainnya. Hal itu mencakup kenyataan-kenyataan<br />

bahwa (1) negara menjamin kebebasan bagi kaum Muslim untuk<br />

menerapkan ajaran-ajaran agama mereka; (2) mayoritas penduduk<br />

Indonesia adalah pemeluk <strong>Islam</strong>; <strong>dan</strong> (3) konstitusi negara tidak<br />

bertentangan dengan, bahkan hingga tingkat tertentu justru mencerminkan,<br />

substansi prinsip-prinsip <strong>Islam</strong>. 27 Secara keseluruhan,<br />

semua faktor itu mencerminkan kenyataan yang tidak bisa ditolak,<br />

yakni: kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia<br />

beragama <strong>Islam</strong> saja akan menjadikan kerangka dasar prinsip-prinsip<br />

pemerintahannya sejalan dengan, jika tidak dipengaruhi oleh,<br />

26 Gagasan mengenai finalitas bentuk negara Indonesia yang ada sekarang ini<br />

pada awalnya muncul dari NU. Pada 1984, setelah konferensi ke-27 organisasi itu<br />

berlangsung, NU menyatakan secara terbuka bahwa Republik Indonesia adalah tujuan<br />

final kaum Muslim dalam upaya mereka mencari bentuk kenegaraan terbaik<br />

bagi Indonesia. Secara luas diyakini bahwa tokoh-tokoh intelektual yang menjadi<br />

arsitek pernyataan ini adalah almarhum Achmad Siddiq <strong>dan</strong> Abdurrahman Wahid.<br />

Lihat misalnya “Pimpinan PB NU Bertemu Presiden: <strong>Negara</strong> RI adalah Bentuk Final,”<br />

Kompas, 15 Februari 1985. Lihat juga Munawir Syadzali, “Wawasan Perjuangan<br />

Muslim Indonesia,” makalah disampaikan dalam acara dies natalis HMI ke-43,<br />

Yogyakarta, 4 Februari 1990, h. 2.<br />

27 Oleh Hasbullan Bakri, seorang mantan gurubesar pada IAIN Yogyakarta <strong>dan</strong><br />

Jakarta, keseluruhan faktor ini telah dikemukakan sebagai bukti untuk menyatakan<br />

bahwa Indonesia, secara non-konstitusional, sesungguhnya dapat disebut sebagai<br />

negara <strong>Islam</strong>. Ini dalam pengertian bahwa, mengingat hakikat Pancasila yang sesuai<br />

dengan prinsip-prinsip <strong>Islam</strong>, negara tidak akan membuat kebijakan yang bertentangan<br />

dengan nilai-nilai <strong>Islam</strong>. Lihat artikelnya, “Lima Dalil Republik Indonesia<br />

Bisa Disebut <strong>Negara</strong> <strong>Islam</strong> Non-Konstitusional,” Panji Masyarakat, No. 439, 1<br />

Agustus 1984, hh. 28-31. Artikel ini terbit pula dalam Merdeka, 23 Agustus 1984.<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!