14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

lahkan, pemberontakan yang mengorbankan 2.500 nyawa tentara<br />

itu.” 166<br />

Tanggapan-tanggapan tidak terduga di atas membuat bekas<br />

para pemimpin <strong>dan</strong> aktivis Masyumi sadar bahwa rehabilitasi<br />

partai mereka hampir sepenuhnya mustahil. Melihat sikap tegas<br />

para pimpinan militer mengenai masalah ini, banyak kalangan<br />

berkesimpulan bahwa representasi politik para pemimpin Masyumi<br />

di masa Orde Baru hanya dapat terjamin jika mereka bersedia<br />

mendefinisikan kembali agenda politik mereka dalam kerangkakerangka<br />

yang lebih dapat diterima pemerintah. Dalam hal ini,<br />

pembentukan sebuah partai politik baru (dengan harapan bahwa<br />

partai ini dapat mereproduksi corak <strong>dan</strong> roh Masyumi), tampaknya<br />

menjadi satu-satunya pilihan. Untuk alasan itu, pada pertengahan<br />

1967, dibentuk Panitia Tujuh untuk bernegosiasi dengan<br />

pemerintah Orde Baru mengenai kemungkinan didirikannya partai<br />

baru. Wadah politik baru ini dimaksudkan untuk “menyatukan<br />

seluruh kekuatan <strong>dan</strong> organisasi <strong>Islam</strong> yang ada <strong>dan</strong> yang tidak<br />

tergabung dalam sebuah partai.” 167<br />

Berkenaan dengan agenda khusus ini, rezim Orde Baru tampaknya<br />

tidak cukup berkenan dengan para bekas pemimpin Masyumi.<br />

Meskipun demikian, lepas dari penolakan tegas mereka<br />

terhadap upaya rehabilitasi Masyumi, para pemimpin Orde Baru<br />

sebenarnya cukup khawatir dengan representasi konstituen politik<br />

<strong>Islam</strong> di masa depan. Yang terutama mereka khawatirkan adalah,<br />

ketiadaan mekanisme politik untuk mengartikulasikan <strong>dan</strong> mengagregasikan<br />

kepentingan-kepentingan konstituen politik <strong>Islam</strong> di<br />

atas akan menumbuhkan rasa frustasi yang lebih dalam, yang<br />

166 Harold Crouch, “Indonesia,” h. 200<br />

167 Allan Samson, “<strong>Islam</strong> in Indonesian Politics,” hh. 1005-1007.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!