14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

Namun demikian, penting dicatat bahwa kecenderungan-kecenderungan<br />

semacam itu tampaknya tidak berkembang dengan<br />

sendirinya. Menurut Abdurrahman Wahid, negara—hingga tahap<br />

tertentu—memperburuk kecenderungan tersebut dengan melibatkan<br />

dirinya dalam masalah-masalah yang terkait dengan perkara<br />

keagamaan, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan<br />

kelompok mayoritas Muslim. Menurut pengamatannya, bukti paling<br />

mencolok yang menunjukkan penetrasi negara yang makin<br />

mendalam dalam kehidupan keagamaan mencakup pemberlakuan<br />

UUPA, dikeluarkannya keputusan bersama tingkat menteri mengenai<br />

Bazis, pembentukan ICMI, pendirian BMI, penyelenggaraan<br />

Festival Istiqlal, pengajaran bahasa Arab dalam jaringan televisi<br />

negara, <strong>dan</strong> perhatian pemerintah terhadap tuntutan sebagian<br />

kelompok Muslim berkenaan dengan pemberian label halal-haram<br />

bagi makanan kemasan. 120<br />

Bagi Abdurrahman Wahid, akibat-akibat lebih lanjut dari<br />

praktik-praktik tersebut bisa sangat merusak. Yang dipertaruhkan<br />

adalah tegaknya prinsip-prinsip pluralisme <strong>dan</strong> persatuan nasional.<br />

Seraya mengelaborasi kemungkinan yang mengkhwatirkan itu,<br />

dalam sebuah pertemuan rutin Majelis Reboan pada April 1991,<br />

yang dikelola oleh teman-temannya, seperti Nurcholish Madjid,<br />

Sutjipto Wirosardjono, Aswab Mahasin, Utomo Dananjaya <strong>dan</strong> Jalaluddin<br />

Rakhmat, ia dilaporkan mengatakan:<br />

Selain merupakan tindakan diskriminasi terhadap agama yang dianut<br />

[kelompok-kelompok] minoritas, campur tangan [negara dalam masa-<br />

120 Lihat, “Tak Cukup dengan sebuah Festival,” Tempo, 28 Desember 1991, hh.<br />

32-33; “Saya Presiden Taxi saja deh ...,” Detik, 2 November 1991, h. 6-8; “Demokrasinya<br />

Gus Dur,” Panji Masyarakat, 1-10 Mei 1991, h. 24-27; “Umat <strong>Islam</strong> masih<br />

Ruwet,” Tempo, 29 Desember 1990, hh. 30-31.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!