14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

an yang bersifat organik antara <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> negara. 25 Watak negara<br />

Orde Barulah yang mencegah banyak dari kalangan tersebut<br />

untuk menyuarakan <strong>dan</strong> mengembangkan aspirasi politik <strong>Islam</strong><br />

mereka yang lebih sejati.<br />

Sementara hubungan yang tepat antara <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> negara tetap<br />

menjadi sebuah isu yang dapat diperdebatkan di kalangan Muslim,<br />

namun tidak demikian halnya dengan karakteristik negara Orde Baru.<br />

Secara umum kaum Muslim percaya bahwa negara Orde Baru pada<br />

dasarnya bersifat hegemonik, menjalankan politik non-kompetitif, serta<br />

tidak menyisakan ruang bagi masyarakat untuk mengungkapkan<br />

tuntutan mereka. Bahkan, Orde Baru dipan<strong>dan</strong>g sebagai institusi<br />

yang bersifat ‘represif-developmentalis’. Tatkala pilar-pilar yang<br />

menopang cara Soeharto memerintah runtuh, maka muncul peluang<br />

yang cukup tiba-tiba untuk mengungkapkan aspirasi ideologis<br />

<strong>dan</strong> politis yang telah lama tersumbat. Seperti banyak praktisi politik<br />

lainnya, kaum Muslim yang aktif secara politik ingin mengekspresikan<br />

ide-ide mereka sendiri yang berbeda dari apa yang diputuskan oleh<br />

negara—sistem politik yang eksklusioner; keberadaan dua partai yang<br />

mandul (PPP <strong>dan</strong> PDI) <strong>dan</strong> satu institusi politik korporatis (Golkar);<br />

<strong>dan</strong> penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas ideologis bagi organisasi-organisasi<br />

sosial-keagamaan <strong>dan</strong> politik yang ada. Munculnya partai-partai<br />

politik <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> dijadikannya <strong>Islam</strong>—seperti halnya banyak<br />

ideologi lain—sebagai ideologi <strong>dan</strong> simbol partai seharusnya dipan<strong>dan</strong>g<br />

dari perspektif ini. 26<br />

25 Lihat, misalnya, Deliar Noer, <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> Pemikiran Politik: Bahasan Kitab<br />

<strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> Tata <strong>Negara</strong>: Ajaran, Sejarah, <strong>dan</strong> Pemikiran oleh H. Munawir Syadzali<br />

MA, Jakarta: LIPPM, 1990.<br />

26 Lihat, Bahtiar Effendy, “Fenomena Partai <strong>Islam</strong>,” dalam Bahtiar Effendy,<br />

(Re)politisasi <strong>Islam</strong>: Pernahkah <strong>Islam</strong> Berhenti Berpolitik, h. 205-209.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!