14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

pernyataannya sebelum itu bahwa jabatan kepresidenannya saat<br />

itu—mulai 1988—adalah yang terakhir), langkah-langkah akomodatif<br />

di atas dengan mudah dipan<strong>dan</strong>g sebagai upaya-upaya<br />

disengaja untuk mencari dukungan politik kaum Muslim. Selain<br />

itu, kenyataan bahwa sejumlah pemimpin Muslim terkemuka <strong>dan</strong><br />

organisasi <strong>Islam</strong>, dipimpin Alamsyah Ratu Perwiranegara (mantan<br />

aju<strong>dan</strong> Presiden Soeharto, Menteri Agama, <strong>dan</strong> Menko Polkam),<br />

pada September 1989 <strong>dan</strong> Mei 1992 mengeluarkan kebulatan tekad<br />

agar Soeharto kembali bersedia dipilih sebagai Presiden hanya<br />

memperkuat analisis ini. 103<br />

Alasan kedua, mungkin faktor yang terpenting, adalah anggapan<br />

mengenai makin melemahnya cengkeraman Soeharto atas<br />

kelompok militer—yang, bersama birokrasi, menjadi tulang punggung<br />

rezim Orde Baru. Seperti diamati oleh Liddle,<br />

Setelah seperempat abad, cengkeraman Soeharto terhadap kekuasaan<br />

mulai menampakkan tanda-tanda melemah. Bukti penting pertama<br />

melemahnya cengkeraman tersebut terjadi pada Maret 1988, ketika<br />

calon wakil presiden yang diusulkannya [Sudharmono] ditentang secara<br />

keras <strong>dan</strong> terbuka oleh wakil-wakil militer pada suatu si<strong>dan</strong>g Ma-<br />

103 Di bawah koordinasi Alamsyah, pada 30 September 1989, 21 tokoh Muslim<br />

terkemuka mengeluarkan pernyataan yang tidak dipublikasikan berisi permohonan<br />

mereka agar Presiden Soeharto bersedia kembali dipilih sebagai presiden untuk keenam<br />

kalinya pada 1993. Di tengah kontroversi mengenai layak atau tidaknya kebulatan<br />

tekad yang bernada politis semacam itu, mengingat bahwa pemilihan umumnya<br />

sendiri baru akan dilaksanakan empat tahun kemudian, langkah itu didukung<br />

secara antusias oleh beberapa ulama di Jawa Timur. [Lihat, “Halal-Haramnya Kebulatan<br />

Tekad,” Tempo, 26 Mei 1990, hh. 22-28.]. Dalam penampilan yang lebih<br />

meriah (terlepas dari penolakan diam-diam organisasi-organisasi <strong>Islam</strong> lain seperti<br />

ICMI <strong>dan</strong> HMI), Alamsyah juga memelopori “doa bersama” pada Mei 1992 untuk<br />

tujuan mencari dukungan politik kaum Muslim terhadap Presiden Soeharto. [Lihat,<br />

“Dua Halaman Doa untuk Mohammad Soeharto,” Tempo, 9 Mei 1992, hh.<br />

23-31.].<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!