14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

huru-hara brutal dalam kampanye pemilihan umum 1982 (sebagaimana<br />

tampak dalam peristiwa Lapangan Banteng), 191 menyebabkan<br />

pemerintah menerapkan kebijakan Pancasila sebagai asas tunggal bagi<br />

seluruh organisasi politik (Golkar, PPP <strong>dan</strong> PDI) yang ada. Dalam<br />

pidato tahunannya di depan DPR, 16 Agustus 1982, Presiden Soeharto<br />

menegaskan bahwa “seluruh kekuatan sosial <strong>dan</strong> politik harus menyatakan<br />

bahwa dasar ideologi mereka satu-satunya adalah Pancasila.” 192<br />

Terpojokkan oleh desakan ideologis ini, baik PPP maupun<br />

PDI pada dasarnya tidak punya pilihan lain kecuali menerima<br />

Pancasila sebagai dasar ideologi mereka. Dalam kongresnya pada<br />

Agustus 1984, PPP mengganti <strong>Islam</strong> dengan Pancasila sebagai<br />

dasar ideologi mereka. Sebelum pemilihan umum 1987, partai<br />

itu juga mengubah simbolnya, dari Ka’bah (merujuk ke tanah<br />

suci Mekkah, kiblat sembahyang kaum Muslim) menjadi bintang<br />

(salah satu simbol Pancasila). 193<br />

Setelah merasa pasti bahwa organisasi-organisasi politik yang<br />

ada mematuhi keinginan mereka untuk menerapkan Pancasila sebagai<br />

asas tunggal, rezim Orde Baru menekan semua organisasi<br />

kemahasiswaan <strong>dan</strong> organisasi sosial-kegamaan untuk mengambil<br />

langkah serupa. Ketika un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g keormasan dikeluarkan<br />

pada 1985, organisasi-organisasi kemahasiswaan <strong>dan</strong> sosial-kegamaan<br />

<strong>Islam</strong> seperti—hanya untuk menyebut beberapa nama—<br />

191 Peristiwa Lapangan Banteng merujuk kepada kampanye Golkar yang ricuh<br />

pada 18 Maret 1982 di Jakarta. Di situ terjadi bentrok fisik yang keras antara para<br />

pendukung PPP <strong>dan</strong> Golkar. Untuk paparan yang lebih jauh, lihat misalnya edisiedisi<br />

Tempo berikut ini: 27 Maret, 3 April, <strong>dan</strong> 10 April 1983.<br />

192 Lihat, Presiden Soeharto, Amanat Kenegaraan IV 1982-1985, Jakarta: Inti<br />

Idayu Press, 1985, h. 11.<br />

193 Lihat, M. Natsir Tamara, “Sejarah Politik <strong>Islam</strong> Orde Baru,” Prisma, No. 51,<br />

1988, h. 49.<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!