14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

lebih baik dari perolehan suara mereka dalam pemilihan umum<br />

1955 (18,4%). Namun Parmusi, yang seringkali dipan<strong>dan</strong>g sebagai<br />

penerus Masyumi, benar-benar terpuruk dengan hanya<br />

mengantongi 5,36% suara (pada 1955, Masyumi memperoleh<br />

20,9% suara). Dua partai <strong>Islam</strong> lain yang lebih kecil (PSII <strong>dan</strong><br />

Perti) juga kehilangan dukungan. Pada pemilihan umum 1955,<br />

keduanya memperoleh 2,9% <strong>dan</strong> 1,3% suara, se<strong>dan</strong>g pada 1971<br />

hanya memperoleh 2,39% <strong>dan</strong> 0,70%. 181<br />

Berbagai perkembangan setelah pemilihan umum 1971 hanya<br />

memperbesar rasa frustasi masyarakat politik <strong>Islam</strong>. Kekalahan dalam<br />

pemilihan umum tidak hanya tercermin dalam merosotnya<br />

wakil <strong>Islam</strong> di parlemen. Hal itu juga tampak dalam komposisi<br />

kabinet baru, di mana keterlibatan tokoh-tokoh politik <strong>Islam</strong> benar-benar<br />

mulai dikebiri. Salah satu kasus yang paling jelas menunjukkan<br />

hal itu adalah mulai memudarnya dominasi NU dalam<br />

Departemen Agama. Dalam komposisi kabinet baru, departemen<br />

yang sudah sejak lama menjadi basis politik <strong>dan</strong> birokrasi<br />

NU ini dipercayakan kepemimpinannya kepada A. Mukti Ali,<br />

seorang Muslim modernis <strong>dan</strong> gurubesar IAIN Yogyakarta yang<br />

tidak berafiliasi kepada partai politik mana pun.<br />

Akhirnya, konstruk lama partai-partai <strong>Islam</strong>, khususnya dalam<br />

kerangka wadag politik (yakni partai <strong>Islam</strong>), memudar ketika<br />

pemerintah Orde Baru melakukan restrukturisasi sistem kepartaian<br />

pada Januari 1973. Dengan pengecualian Golkar, pemerintah<br />

mendesak agar kesembilan partai yang ada bergabung ke dalam<br />

dua partai politik baru. Dalam kerangka ini, keempat partai <strong>Islam</strong><br />

181 Untuk paparan lebih jauh, lihat Umaidi Radi, Strategi PPP 1973-1982: Suatu<br />

Studi Tentang Kekuatan Politik <strong>Islam</strong> Tingkat Nasional, Jakarta: Integrita Press, 1984;<br />

Syaifuddin Zuhri et al., PPP, NU <strong>dan</strong> MI: Gejolak Wadah Politik <strong>Islam</strong>, Jakarta: Integrita<br />

Press, 1984.<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!