14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

partai politik <strong>Islam</strong> pada dekade 1950-an: Masyumi, NU, Partai<br />

Sarekat <strong>Islam</strong> Indonesia (PSII), <strong>dan</strong> Persatuan Tarbiyah <strong>Islam</strong><br />

(Perti).<br />

Sementara memang benar bahwa salah satu unsur paling<br />

menyolok dari <strong>Islam</strong> politik dapat ditemukan dalam partai-partai<br />

politiknya, tetap jelas salah jika dikatakan bahwa itulah satusatunya<br />

ekspresi atau identifikasinya yang sah. Jika makna <strong>Islam</strong><br />

politik dibatasi hanya kepada partai-partai politik <strong>Islam</strong>, maka bagaimanakah<br />

hal-hal berikut ini harus dijelaskan secara memadai:<br />

kampanye “<strong>Islam</strong> Yes, Partai <strong>Islam</strong> No” yang disuarakan secara<br />

persisten oleh Nurcholish Madjid, signifikansi politik komitmen<br />

organisasi Muhammadiyah untuk mempertahankan fungsi sosialkeagamaan<br />

<strong>dan</strong> pendidikannya, pengaruh gerbong yang ditarik<br />

para politisi Muslim yang bergabung dalam Golkar, <strong>dan</strong> keyakinan<br />

yang terus tumbuh di kalangan masyarakat Muslim bahwa<br />

Golkar bisa memperjuangkan <strong>dan</strong> meng-artikulasikan aspirasiaspirasi<br />

politik <strong>Islam</strong>? Haruskah dikatakan bahwa semuanya ini<br />

bukan diskursus politik <strong>Islam</strong>?<br />

Selain masalah-masalah kompleks seperti itu, identifikasi <strong>Islam</strong><br />

politik dengan partai-partai politik <strong>Islam</strong> juga pada akhirnya<br />

akan menyebabkan munculnya kesulitan-kesulitan teoretis yang<br />

lebih jauh. Identifikasi itu lebih memperburuk pan<strong>dan</strong>gan dikotomis<br />

mengenai masyarakat politik di Indonesia. Lagi-lagi, itu<br />

diidentifikasikan sebagai masyarakat politik <strong>Islam</strong> versus masyarakat<br />

politik non-<strong>Islam</strong> atau “netral agama”. Secara lebih umum,<br />

kelompok yang pertama dikenal sebagai umat <strong>Islam</strong>, sementara<br />

kelompok yang kedua di luar <strong>Islam</strong>. Dan ini merupakan ironi,<br />

dalam pengertian bahwa identifikasi itu sama saja artinya dengan<br />

mengadvokasikan gagasan mengenai masyarakat kaum beriman<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!