14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

pemimpin politik Idham Chalid, tampil sebagai tokoh yang tak kenal<br />

lelah membawa organisasi itu sejalan dengan gagasan-gagasan<br />

pokok intelektualisme <strong>Islam</strong> baru. Berkaitan dengan itu, dengan<br />

dukungan para pemimpin NU yang terkenal seperti As’ad Syamsul<br />

Arifin, 27 Ali Maksum <strong>dan</strong> Achmad Siddiq, tujuan utama Wahid<br />

adalah mengembangkan gagasan tentang <strong>Islam</strong> Indonesia. Yaitu,<br />

yang ia persepsikan sebagai “<strong>Islam</strong> yang lebih menekankan pada<br />

integrasi nasional.” 28<br />

Agar gagasan di atas dapat berjalan, ada dua masalah utama<br />

yang harus dihadapi NU <strong>dan</strong> organisasi-organisasi sosial-kegamaan<br />

<strong>Islam</strong> lain. Pertama, hubungan yang masih tidak baik antara<br />

<strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> ideologi negara (Pancasila) harus diatasi. Kedua, <strong>Islam</strong><br />

politik gaya lama harus ditransformasikan dari politik partisan<br />

atau politik kepartaian ke dalam pendekatan yang lebih inklusif,<br />

integratif <strong>dan</strong> beragam.<br />

27 Belakangan, As’ad Syamsul Arifin, seorang kyai karismatik dari Pesantren Salafiyah<br />

Syafiiyah di Jawa Timur, menarik dukungan yang semula sudah diberikannya kepada<br />

Abdurrahman Wahid. Bahkan ia belakangan mengundurkan diri (mufâraqah) dari<br />

kepemimpinan Abdurrahman Wahid. Kyai As’ad amat marah dengan beberapa gagasan<br />

<strong>dan</strong> langkah Abdurrahman Wahid yang kontroversial, terutama menyangkut<br />

(1) gagasannya mengenai kesebandingan sosio-kultural antara “al-salâm `alaykum”<br />

<strong>dan</strong> “selamat pagi/siang/malam” <strong>dan</strong> (2) kesediaannya (terlepas dari posisinya sebagai<br />

Ketua Umum NU) untuk menjadi seorang juri dalam festival film Indonesia.<br />

Lihat, “Gus Dur Sam’an wa Tha’atan,” Aula, Oktober 1987, hh. 8-10 <strong>dan</strong> 11-17.<br />

Lihat juga, “Saya akan Salat Sendiri,” Tempo, 2 Desember 1989, h. 31; <strong>dan</strong> “Kyai<br />

As’ad: Saya tak Makmum kepada Imam yang Kentut,” Panji Masyarakat, 21-31 Desember<br />

1989, h. 17.<br />

28 Lihat, “NU: Menuju <strong>Islam</strong> Indonesia,” Tempo, 8 Desember 1984, h. 13. Untuk<br />

paparan yang lebih jauh, lihat juga artikelnya, “The Nahdlatul Ulama and <strong>Islam</strong><br />

in Present Day Indonesia,” dalam Taufik Abdullah and Sharon Siddique (eds.),<br />

<strong>Islam</strong> and Society in Southeast Asia, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies,<br />

1986, hh. 175-183.<br />

— <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> <strong>Negara</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!