14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

Soeharto adalah sebuah akhir yang tiba-tiba dalam pengertian<br />

bahwa mengingat sedemikian berkuasanya Soeharto, masyarakat<br />

sesungguhnya tidak menyangka bahwa ia akan mundur secepat<br />

itu tanpa ada usaha yang berarti, baik secara politik maupun<br />

militer, untuk mempertahankan kursi kepresidenannya. Sekalipun<br />

tanda-tanda itu ada, <strong>dan</strong> sangat jelas mengindikasikan<br />

bahwa ia telah kehilangan kendali atas apa yang biasa menjadi<br />

sumber dukungannya—yaitu tiga pilar dukungan dari birokrasi,<br />

Golkar, <strong>dan</strong> militer—banyak yang meyakini bahwa Soeharto<br />

tidak akan menyerah dengan mudah. Khususnya, ketika negara<br />

dilanda krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik secara<br />

sosial ekonomi maupun politik. Krisis moneter yang menerpa<br />

Indonesia dengan begitu hebat, yang dimulai dengan terjadinya<br />

devaluasi nilai rupiah pada Agustus 1997, adalah faktor utama<br />

yang meruntuhkan perekonomian negara. 2 Keadaan ini diikuti<br />

dengan terjadinya pertumpahan darah <strong>dan</strong> aksi perusakan<br />

besar-besaran di berbagai kota seperti Jakarta, Me<strong>dan</strong>, Solo,<br />

Banyuwangi, Yogyakarta, Pa<strong>dan</strong>g, Surabaya, <strong>dan</strong> sebagainya. 3<br />

2 Untuk penjelasan yang berguna mengenai krisis yang menimpa Indonesia,<br />

lihat Richard Mann, Economic Crisis in Indonesia: The Full Story, Singapura: Times<br />

Books, 1998. Lihat pula karyanya, Plots & Schemes that Brought Down Soeharto,<br />

Singapura: Gateway Books, 1998.<br />

3 Lihat, “Rusuh di Me<strong>dan</strong>, Pa<strong>dan</strong>g, Yogya,” Gatra, 16 Mei 1998, h. 24-33;<br />

“Huru-Hara Jakarta,” Gatra, 23 Mei 1998. Lihat pula, esai-esai yang relevan yang<br />

dikumpulkan dalam Geoff Forrester & RJ May (eds.), The Fall of Soeharto, Singapura:<br />

Select Books, 1999. Dalam artikelnya yang diterbitkan dalam buku ini, Ikrar Nusa<br />

Bhakti mencatat bahwa kerusahan di Jakarta saja telah menyebabkan “lebih dari 1000<br />

orang, yang kebanyakan adalah para penjarah, tewas terperangkap dalam mal-mal perbelanjaan<br />

yang terbakar. Angka statistik resmi menyebutkan setidaknya 2.547 ruko, 40<br />

mal, 1.819 toko, 383 bangunan perkantoran, 535 bank, 24 restoran, 15 pasar, 12 hotel,<br />

1.026 rumah, 2 gereja, 11 kantor polisi, 119 mobil, 821 sepeda motor, <strong>dan</strong> 9 SPBU rusak<br />

atau terbakar selama kerusuhan tersebut. Dibandingkan dengan kerusuhan sebelum-<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!