14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

itu, Piagam Madinah itu sendiri tidak menyebut <strong>Islam</strong> sebagai<br />

agama resmi negara. Dalam bukunya yang luas dibaca berjudul<br />

<strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> Tata <strong>Negara</strong>, ia menulis:<br />

Satu hal yang patut dicatat bahwa Piagam Madinah, yang oleh banyak<br />

pakar politik didakwakan sebagai konstitusi negara <strong>Islam</strong> yang pertama<br />

itu, tidak menyebut agama negara. 20<br />

Butir ini penting bagi Munawir, karena ia menilai bahwa penyebutan<br />

agama tertentu sebagai agama negara merupakan syarat<br />

mutlak bagi eksistensi sebuah negara agama. Karena itu, menurutnya,<br />

kenyataan bahwa Piagam Madinah tidak menyebut <strong>Islam</strong> sebagai<br />

agama negara menyiratkan bahwa Nabi Muhammad benarbenar<br />

tidak menyerukan umatnya agar mendirikan sebuah negara<br />

agama yang di dalamnya <strong>Islam</strong> menjadi satu-satunya dasar. 21<br />

Berdasarkan kajian tersebut, setidak-tidaknya ada dua proposisi<br />

penting yang dapat dirumuskan. Pertama, sangat beralasan<br />

untuk mengargumentasikan bahwa <strong>Islam</strong> tidak memiliki preferensi<br />

konseptual atau teoretis apa pun mengenai watak atau konstruk<br />

negara <strong>dan</strong> sistem pemerintahannya. Lebih dari itu, juga<br />

bisa dikatakan bahwa <strong>Islam</strong> tidak secara khusus mewajibkan para<br />

pemeluknya untuk mendirikan sebuah negara, apalagi negara<br />

yang berwatak teokratis. Kedua, terlepas dari tidak a<strong>dan</strong>ya kon-<br />

20 Munawir Syadzali, <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> Tata <strong>Negara</strong>, h. 16.<br />

21 Menurut Munawir Syadzali, parameter-parameter lain negara teokratis adalah<br />

(1) dijadikannya kitab suci sebagai sumber hukum negara; <strong>dan</strong> (2) kepemimpinan<br />

negara berada di tangan para pemimpin agama. Parameter-parameter ini harus ada<br />

semuanya dalam sebuah negara untuk dapat disebut sebagai negara teokratis. Paparan<br />

yang memberi penjelasan lebih rinci mengenai masalah ini terdapat dalam artikelnya<br />

berjudul “<strong>Negara</strong> Pancasila bukan <strong>Negara</strong> Agama <strong>dan</strong> bukan <strong>Negara</strong> Sekuler,”<br />

makalah tidak diterbitkan, tanpa tanggal.<br />

0 — Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!