14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

NU, Muhammadiyah, MUI, HMI, PMII, harus menerima Pancasila<br />

sebagai asas organisasi mereka. 194<br />

Perkembangan itu membuat sebagian besar masyarakat Muslim<br />

Indonesia merasa sangat kecewa. Mereka merasa bahwa, tidak<br />

saja tokoh-tokoh mereka disingkirkan dari arus utama politik<br />

bangsa, tetapi bahkan—hingga tahap tertentu—diskursus politik<br />

negeri ini pun tidak mencerminkan kenyataan bahwa mayoritas<br />

penduduknya Muslim. Karena itu, sedemikian pahitnya,<br />

mereka merasa bahwa pemerintah Orde Baru yang didominasi<br />

militer telah memperlakukan para pemimpin <strong>dan</strong> aktivis politik<br />

Muslim, terutama yang berasal dari Masyumi, seperti “kucing kurap”.<br />

195 Maka bisa dipahami jika banyak dari mereka yang melihat<br />

bahwa politik pengasastunggalan Pancasila sebagai upaya lebih jauh<br />

yang sengaja diambil oleh rezim untuk mendepolitisasi, jika bukan<br />

menghancurkan, <strong>Islam</strong>. 196<br />

Berdasarkan semua alasan di atas, tidaklah mengejutkan bila oposisi<br />

utama terhadap rezim Orde Baru, baik yang bersifat damai atau<br />

tidak, kerapkali muncul dari para pemimpin <strong>dan</strong> aktivis <strong>Islam</strong> politik.<br />

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, cukuplah jika dikatakan<br />

di sini bahwa hubungan politik di antara kedua belah pihak di-<br />

194 Lihat, Lukman Harun, Muhammadiyah <strong>dan</strong> Asas Pancasila, Jakarta: Pustaka<br />

Panjimas, 1986; Saleh Harun <strong>dan</strong> Abdul Munir Mulkhan, Latar Belakang Ummat<br />

<strong>Islam</strong> Menerima Pancasila Sebagai Asas Tunggal, Yogyakarta: Aquarius, 1987; Bahtiar<br />

Effendy, “The ‘Nine Stars’ and Politics,” hh. 58-128.<br />

195 Ungkapan ini pada mulanya muncul dalam pertemuan beberapa menit sejumlah<br />

pemimpin Muslim reformis pada 1 Juni 1972, sebagaimana dikutip dalam<br />

Muhammad Kamal Hassan, Muslim Intellectual Responses to “New Order” Modernization<br />

in Indonesia, h. 121. Lihat juga Ruth McVey, “Faith as the Outsider: <strong>Islam</strong> in<br />

Indonesian Politics,” h. 199.<br />

196 Lihat, “Robohnya Dinding Politik <strong>Islam</strong>,” Tempo, 29 Desember 1984, hh.<br />

12-16.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!