21.04.2023 Views

Kerukunan Global

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kerukunan</strong> <strong>Global</strong><br />

Paris, dan dengan demikian para biarawan bebas melakukan kemauan mereka. Pembaru itu<br />

diadili dan dijatuhi hukuman mati. Hukuman mati dilaksanakan hari itu juga, supaya Francis<br />

tidak sempat menyelamatkannya. Pada tengah hari Berquin dibawa ke tempat pelaksanaan<br />

hukuman mati. Orang ramai sekali berkumpul menyaksikan kejadian itu. Dan banyak yang<br />

merasa heran dan sedih melihat bahwa yang menjadi korban adalah seorang dari keluarga<br />

bangsawan Perancis yang terbaik dan paling pemberani. Keheranan, kemarahan, makian dan<br />

kebencian serta dendam kesumat meliputi wajah orang ramai. Tetapi pada satu wajah tidak<br />

ada kemurungan. Pikiran sang martir atau syuhada itu jauh dari suasana kemurungan dan<br />

kekacauan. Ia menyadari hanya hadirat Tuhannya.<br />

Kereta narapidana yang ditumpanginya, wajah-wajah seram para peng-aniaya, kematian<br />

yang mengerikan yang akan dijalaninya,—semua ini ti-dak dihiraukannya. Ia yang hidup<br />

dan yang telah mati, dan yang telah hi-dup kembali untuk selama-lamanya, dan yang<br />

mempunyai anak kunci maut dan neraka, ada disampingnya. Wajah Berquin disinari dengan<br />

terang dan kedamaian surga. Ia mengenakan sendiri pakaian yang mewah, memakai “satu<br />

jubah dari beludru, baju kuno yang terbuat dari satin dan sutra, dan celana ketat yang<br />

berwarna keemasan.”—D’Aubigne, “History of the Reformation in the Time of Calvin,” b.<br />

2, psl. 16. Ia sudah mau menyaksikan imannya dihadirat Raja segala raja dan alam semesta<br />

yang menyaksikannya, dan tidak ada tanda dukacita yang menodai sukacitanya.<br />

Ketika arak-arakan bergerak perlahan melalui jalan-jalan yang sudah dipadati orang,<br />

orang-orang merasa heran melihat pembawaannya yang penuh kedamaian yang tidak<br />

terselubung dan sukacita kemenangan. Kata mereka, “Ia seperti seseorang yang duduk di<br />

sebuah bait suci dan mere-nungkan perkara-perkara suci.”—Wylie, b. 13, psl. 9. Dari tiang<br />

gantungan, Berquin berupaya mengucapkan beberapa perkataan kepada orang banyak.<br />

Tetapi para biarawan, yang takut akan akibatnya, mulai berteriak, dan para prajurit<br />

membentur-benturkan senjata mereka sehingga suara berisik itu menghilangkan suara sang<br />

syuhada. Demikianlah pada tahun 1529 penguasa negara dan gereja kota Paris yang sudah<br />

beradab, “telah memberikan contoh yang paling buruk kepada penduduk tahun 1793, yang<br />

mendiamkan kata-kata suci orang yang sedang berada di panggung hukuman mati.”—Ibid.<br />

Berquin dicekik dengan tali, dan tubuhnya hangus dimakan api. Berita kematiannya<br />

menimbulkan dukacita pada sahabat-sahabat Pembaruan di seluruh Perancis. Tetapi<br />

teladannya tidak hilang. “Kita juga siap,” kata saksisaksi kebenaran itu, “menghadapi<br />

kematian dengan sukacita, menunjukkan pandangan kita pada kehidupan yang akan<br />

datang.”— D’Aubigne, “History of the Reformation in the Time of Calvin,” b. 2, psl. 16.<br />

Selama penganiayaan di Meaux, guru-guru iman yang diperbarui itu tidak diizinkan untuk<br />

berkhotbah, dan mereka pergi ke ladang-ladang yang lain. Lefevre kemudian pergi ke<br />

Jerman. Dan Farel kembali ke kota asalnya di bagian Timur Perancis, untuk menyebarkan<br />

terang di tempat masa kanakkanaknya. Telah diterima kabar mengenai apa yang teijadi di<br />

Meaux, dan kebenaran yang diajarkannya dengan tidak mengenal rasa takut, mendapat<br />

tempat di dalam hati para pendengar. Segera para penguasa bangkit untuk<br />

154

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!