21.04.2023 Views

Kerukunan Global

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kerukunan</strong> <strong>Global</strong><br />

dirinya kepada kehidupan biara. Di sini ia diharuskan melakukan pekerjaan yang paling<br />

rendah, dan meminta-minta dari rumah ke rumah. Pada waktu itu ia berada pada tingkat<br />

umur di mana penghormatan dan penghargaan sangat didambakan. Dan pekerjaan yang<br />

cocock untuk seorang hamba ini sangat melukai perasaan alamiahnya. Te-tapi dengan tabah<br />

dan sabar ia bertahan dalam pekerjaan yang merendah-kan diri ini, sebab ia percaya bahwa<br />

hal itu diperlukan oleh sebab dosadosanya.<br />

Setiap saat di waktu senggangnya ia gunakan untuk belajar, sehingga mengurangi<br />

tidurnya, bahkan sebagian menghabiskan waktu untuk makan yang tidak mencukupi itu. Di<br />

atas segalanya yang lain, ia bersuka cita mempelajari firman Allah. Ia menemukan sebuah<br />

Alkitab yang dirantai ke dinding biara, dan untuk ini ia sering pergi ke situ. Sementara<br />

keyakinannya mengenai dosa semakin mendalam, ia mulai mencari pengampunan dan<br />

kedamaian atas usahanya sendiri. Ia menghidupkan suatu kehidupan yang ketat, dengan<br />

berpuasa, berjaga dan berdoa sepanjang malam, dan menyiksa diri untuk menundukkan<br />

keadaannya yang jahat, yang untuk ini kehidupan biara tidak dapat membebaskannya. Ia<br />

tidak segan-segan berkorban, dengan harapan, mudah-mudahan oleh itu ia memperoleh<br />

kesucian hati yang akan menyanggupkannya berdiri berkenan di hadapan Allah.<br />

“Sesungguhnya saya adalah seorang biarawan yang taat,” katanya kemudian, “dan<br />

mematuhi semua peraturan ordo lebih ketat daripada yang dapat saya katakan. Jikalau<br />

pemah seorang biarawan memperoleh surga oleh pekerjaannya sebagai biarawan, saya<br />

merasa pasti berhak untuk itu.... Jika pekerjaan itu diteruskan lebih lama lagi, pekerjaan<br />

penyiksaan diri itu akan menewaskan saya.”’—D ‘ Aubigne, b. 2, psl. 3. Sebagai akibat<br />

disiplin yang menyakitkan, ia kehilangan kekuatannya, dan menderita pingsan kejang.<br />

kejang, yang tidak pernah sembuh benar dari pengaruhnya. Tetapi dengan semua usahanya<br />

ini jiwanya yang menanggung beban tidak menemukan kelegaan. Akhimya ia berada di tepi<br />

jurang keputusasaan.<br />

Bilamana tampaknya semua sudah hilang bagi Luther, Allah memberi, kan seorang<br />

sahabat dan penolong baginya. Staupitz yang saleh membuka firman Allah ke dalam pikiran<br />

Luther dan mengajaknya mengalihkan pan-dangannya dari dirinya sendiri, berhenti<br />

merenungkan hukuman tanpa batas karena pelanggaran hukum Allah, dan memandang<br />

kepada Yesus, Juru. selamat yang mengampuni dosa itu. “Daripada menyiksa dirimu oleh<br />

kare-na dosa-dosamu, jatuhkanlah dirimu ketangan Penebus. Percayalah kepada-Nya,<br />

kepada kebenaran kehidupan-Nya, kepada penebusan kematian-Nya . . . .Dengarkanlah<br />

Anak Allah. Ia menjelma menjadi manusia untuk memberikan kepadamu jaminan perkenan<br />

Ilahi.” “Kasihilah Dia yang telah lebih dahulu mengasihimu ” — Ibid, b. 2, psl. 4.<br />

Demikianlah pesuruh kemurahan itu berbicara. Kata-katanya itu membawa kesan mendalam<br />

di pikiran Luther. Setelah bergumul dengan kesalahan-kesalahan kesayangan yang lama, ia<br />

akhimya mampu menerima kebenaran, dan kedamaian pun datang kepada jiwanya yang<br />

susah.<br />

82

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!