21.04.2023 Views

Kerukunan Global

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kerukunan</strong> <strong>Global</strong><br />

untuk dibunuh.” Pakaiannya ditanggalkan satu persatu; setiap uskup mengatakan kata-kata<br />

kutukan sementara mereka melakukan tugasnya dalam upacara itu. Akhirnya, “mereka<br />

mengenakan di atas kepalanya sebuah topi atau semacam topi yang dipakai oleh uskup<br />

dalam upacara, yang berbentuk piramida dan terbuat dari kertas. Dikertas itu dilukiskan<br />

gambar-gambar Setan dengan kata-kata, ‘Kepala Bidat,’ dituliskan dengan menyolok di<br />

bagian depan. ‘Sangat senang’ kata Huss, ‘akan saya pakai mahkota yang memalukan ini<br />

dni Engkau, O, Yesus, yang telah mengenakan mahkota duri untukku”‘ Setelah itu, “para<br />

pejabat tinggi gereja berkata, ‘Sekarang kami serahkan jiwamu kepada Setan.’ ‘Dan saya,’<br />

kata John Huss, dengan menengadah ke langit, ‘menyerahkan rohku kedalam tangan-Mu, O,<br />

Tuhan Yesus, oleh karena Engkau telah menebus aku.’”—Wylie, b. 3, psl. 7.<br />

Sekarang ia diserahkan kepada pejabat-pejabat pemerintah, dan dibawa ke tempat<br />

pelaksanaan hukuman mati. Suatu arak-arakan besar mengikuti dia, ratusan orang bersenjata,<br />

para imam dan para uskup dengan berpakaian yang mahal-mahal, dan penduduk kota<br />

Constance. Pada waktu ia diikat ke tiang gantungan, dan semua sudah siap untuk<br />

menyalakan api, orang martir (mati syahid) ini sekali lagi diimbau untuk menyelamatkan<br />

dirinya dengan meninggalkan kesalahannya. “Kesalahan apa,” kata Huss, “yang saya harus<br />

tinggalkan? Saya tahu saya tidak bersalah. Saya memohon Allah untuk menyaksikan bahwa<br />

semua yang saya telah tuliskan dan khotbahkan adalah demi penyelamatan jiwa-jiwa dari<br />

dosa dan kebinasaan. Dan oleh sebab itu, dengan sangat senang saya akan pastikan dengan<br />

darahku, kebenaran yang telah kutuliskan dan kukhotbahkan.”—Wylie, b. 3, psl 7. Ketika<br />

api menyala disekelilingnya, ia mulai menyanyi, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku,” dan<br />

demikianlah seterusnya ia menyanyi sampai suaranya terdiam untuk selamanya.<br />

Musuh-musuhnya sendiri pun merasa terpukul melihat keperkasa-annya. Seorang<br />

pengikut paus yang bersemangat, menerangkan kematian Huss dan Jerome, yang mati<br />

segera sesudah itu, demikian: “Keduanya mereka menetapkan hati pada waktu saat-saat<br />

terakhir datang menjelang. Mereka telah bersedia menghadapi api itu seperti mereka<br />

menghadapi pesta perni-kahan. Mereka tidak mengeluh kesakitan. Ketika nyala api<br />

menjulang, mereka menyanyikan nyanyian puji-pujian. Dan kehebatan api tidak dapat<br />

menghentikan nyanyian mereka.”—Wylie, b, psl. 7.<br />

Setelah tubuh Huss seluruhnya hangus terbakar, maka abunya bersama tanah tempat abu<br />

itu, dikumpulkan dan dibuangkan ke Sungai Rhine, yang kemudian dihanyutkan arus ke laut.<br />

Para penganiaya memba-yangkan bahwa mereka telah berhasil membasmi kebenaran yang<br />

telah dikhotbahkan Huss. Tidak terbayang bagi mereka bahwa abu jenazah yang<br />

dihanyutkan arus ke laut akan menjadi benih yang tersebar ke-seluruh negeri di dunia ini.<br />

Dan bahwa negeri yang belum diketahui itu akan memberikan buah-buah yang limpah<br />

sebagai saksi kebenaran. Kata-kata yang diucapkan di gedung konsili di Constance telah<br />

mem-bahana, dan gaungnya akan terdengar sampai ke masa-masa yang akan datang. Huss<br />

tidak ada lagi, tetapi kebenaran yang diperjuangkannya de-ngan kematiannya tidak akan<br />

pernah binasa. Teladan iman dan ketetapan hatinya akan mendorong banyak orang untuk<br />

71

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!