21.04.2023 Views

Kerukunan Global

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

Oleh karena itu, tidak mungkin ada pemerintahan Kristen bersama di seluruh dunia, atau bahkan di satu negara atau sejumlah besar orang. karena orang jahat selalu lebih banyak daripada orang baik. Oleh karena itu, seorang pria yang berani memerintah seluruh negara atau dunia dengan Injil akan menjadi seperti seorang gembala yang harus disatukan dalam satu kandang - serigala, singa, elang, dan domba, memungkinkan mereka untuk berbaur dengan bebas satu sama lain, mengatakan , “Layani dirimu sendiri, dan bersikap baik dan damai satu sama lain. Lipatannya terbuka, ada banyak makanan. Anda tidak perlu takut pada anjing dan tongkat.” Tidak diragukan lagi, domba-domba akan memelihara kedamaian dan membiarkan diri mereka diberi makan dan diatur dengan damai, tetapi mereka tidak akan berumur panjang. Satu binatang tidak akan bertahan hidup yang lain...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kerukunan</strong> <strong>Global</strong><br />

ibukota adalah orang-orang terdidik dan yang fasih lidah, sehingga sangat mempengaruhi<br />

kasih karunia kelemah-lembutan dan kedermawanan.” — Wylie, b. 22, Ch. 7.<br />

Tetapi kejahatan yang paling buruk dari daftar hitam kejahatan, perbuatan yang paling<br />

ngeri dari semua perbuatan Setan sepanjang abad-abad yang penuh dengan kekejaman, ialah<br />

Pembantaian massal di St. Bartolomeus. Dunia masih gemetar ketakutan mengenang<br />

peristiwa penyerangan pengecut dan kejam itu. Raja Perancis didesak oleh imam-imam dan<br />

pejabat-pejabat tinggi gereja Roma untuk memberikan persetujuannya kepada pekerjaan<br />

yang mengerikan itu. Sebuah lonceng yang dibunyikan pada malam yang gelap itu adalah<br />

suatu tanda bagi para pembantai. Ribuan orang-orang Prostestan yang sedang tidur nyenyak<br />

di rumah masing-masing, percaya kepada janji terhormat raja mereka, telah diseret keluar<br />

tanpa amaran, dan dibunuh dengan keji.<br />

Sebagaimana Kristus adalah pemimpin yang tidak kelihatan umat-umat-Nya keluar dari<br />

perhambaan Mesir, demikian juga Setan pemimpin yang tak kelihatan pasukannya, melipatgandakan<br />

jumlah para syuhada. Selama tujuh hari pembantaian itu berlangsung di Paris, dan<br />

tiga hari pertama dengan kekejaman dan kedahsyatan yang tak terbayangkan. Dan bukan<br />

hanya berlangsung di kota itu sendiri, tetapi dengan perintah khusus raja, diperluas ke<br />

seluruh propinsi dan kota-kota kecil lainnya dimana terdapat orang-orang Protestan. Usia<br />

atau jenis kelamin tidak diperlukan. Tidak perduli orang yang sudah ubanan atau bayi yang<br />

tidak berdosa, semuanya dibinasakan. Para bangsawan dan petani, tua dan muda, ibu-ibu<br />

dan nak-anak semuanya dibunuh. Di seluruh Perancis pembantaian itu berlanjut selama dua<br />

bulan. Tujuh puluh ribu orang kusuma bangsa binasa waktu itu. Pada waktu berita<br />

pembantaian itu sampai ke Roma, kegembiraan para rohaniawan meluap-luap tanpa batas.<br />

Uskup (Kardinal) Lorraine memberikan penghargaan kepada pembawa berita itu seribu kron.<br />

Tembakan penghargaan meriam St. Angelo bergemuruh tanda kegembiraan. Loncenglonceng<br />

berdentang dari menara-menara.<br />

Api-api unggun dinyalakan sehingga malam terang benderang seperti siang hari. Dan<br />

George XIII, dengan dibantu oleh para uskup (kardinal) dan pejabat tinggi gereja mengikuti<br />

arak-arakan panjang menuju gereja St. Louis, dimana kardinal Lorraine menyanyikan<br />

sebuah Te Diem . . . . Sebuah medali diciptakan untuk memperingati pembantaian itu, dan di<br />

Vatican masih dapat di lihat tiga lukisan cat air Vasari di atas batu kapur yang<br />

menggambarkan serangan terhadap laksamana, raja yang sedang bermusyawarah<br />

merencanakan pembantaian itu . . . dan pembantaian itu sendiri. Gregory mengutus Charles<br />

si Mawar Keemasan; dan empat bulan kemudian sesudah pembantaian itu, . . . ia merasa<br />

puas mendengarkan khotbah seorang imam Perancis, . . . yang berbicara mengenai ‘hari<br />

yang penuh kebahagiaan dan sukacita, pada waktu bapa suci menerima berita, dan yang<br />

dengan khidmat menyampaikan terimakasih kepada Allah dan St. Louis.'” — White, Henry,<br />

“The Massacre of St. Bartholomew,” Ch. 14, par. 34, (ed. 1871).<br />

183

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!