12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebijakan <strong>Anggaran</strong> Belanja Pemerintah Pusat <strong>2008</strong>Bab IVbeban APBN <strong>dan</strong> 14,5 persen beban PT Taspen pada APBN 2007, menjadi 92,5 persenbeban APBN berbanding 7,5 persen beban PT Taspen dalam <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>. Kebijakanperubahan sharing pembayaran pensiun antara beban APBN <strong>dan</strong> beban PT Taspentersebut terutama dimaksudkan untuk mengembalikan pen<strong>dan</strong>aan program pensiun kearah sistem pay as you go murni, dimana pembayaran pensiun menjadi 100 persenbeban APBN. Pengembalian pola pen<strong>dan</strong>aan program pensiun ke arah sistem pay asyou go tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjaga agar <strong>dan</strong>a pensiun yangdiperoleh dari akumulasi iuran peserta tidak habis dipakai untuk sharing pembayaranpensiun, sehingga dapat dijadikan modal awal untuk pen<strong>dan</strong>aan program pensiun dengansistem yang lebih tepat. Selain itu, kenaikan anggaran kontribusi sosial juga berkaitandengan a<strong>dan</strong>ya kebijakan untuk memenuhi kewajiban iuran asuransi kesehatan (askes)yang menjadi beban pemerintah pusat melalui PT Askes, yang digunakan untukmendukung upaya perbaikan pelayanan asuransi kesehatan kepada pegawai, pensiunan,<strong>dan</strong> veteran non-tuvet, <strong>dan</strong> rencana pemberian <strong>dan</strong>a kehormatan veteran.Seperti halnya pada belanja pegawai, kebijakan anggaran belanja barang juga diarahkanuntuk mendukung kegiatan pemerintahan, baik operasional maupun non-operasional,dalam rangka mempertahankan fungsi pelayanan publik instansi pemerintah, sertameningkatkan efisiensi <strong>dan</strong> efektivitas pengadaan barang <strong>dan</strong> jasa, perjalanan dinas <strong>dan</strong>pemeliharaan aset negara. Dalam tiga tahun terakhir, realisasi anggaran belanja barangmengalami peningkatan rata-rata 46,4 persen per tahun, dari Rp29.171,7 miliar (1,0persen terhadap PDB) dalam tahun 2005, menjadi Rp47.181,9 miliar (1,4 persen terhadapPDB) pada tahun 2006, <strong>dan</strong> diperkirakan Rp62.523,6 miliar (1,6 persen terhadap PDB)dalam <strong>RAPBN</strong>-P tahun 2007. Peningkatan alokasi anggaran belanja barang yang jauhlebih besar dari kenaikan harga barang secara umum (inflasi) menunjukkan peningkatanriil belanja barang tersebut cukup signifikan. Di satu sisi, peningkatan belanja barangtersebut berkaitan dengan a<strong>dan</strong>ya perkembangan jumlah <strong>dan</strong> jenis kegiatan yangmembutuhkan dukungan anggaran operasional <strong>dan</strong> pemeliharaan, seperti reorganisasi,pemekaran satuan kerja baru, <strong>dan</strong> pembukaan kantor baru perwakilan RI di luar negeri.Namun di sisi lain, peningkatan belanja barang yang secara riil cukup besar tersebutdapat berarti pula menunjukkan semakin besarnya beban belanja operasional (overheadcost) pemerintah yang bersifat konsumtif. Mengingat biaya operasional tersebut bersifatkonsumtif, maka dampak multiplikasinya bagi peningkatan pertumbuhan ekonomimenjadi tidak optimal.Dalam periode yang sama, realisasi belanja modal yang diyakini mampu memberikanmultiplier effect yang lebih besar terhadap perekonomian secara keseluruhan, dalamtiga tahun terakhir justru memiliki peningkatan yang lebih rendah (rata-rata 44,1 persen)dibandingkan dengan peningkatan realisasi belanja barang, yaitu dari Rp32.888,8 miliar(1,2 persen terhadap PDB) dalam tahun 2005, menjadi Rp54.951,9 miliar (1,6 persenterhadap PDB) pada tahun 2006, <strong>dan</strong> diperkirakan menjadi Rp68.314,1 miliar (1,8 persenterhadap PDB) dalam <strong>RAPBN</strong>-P tahun 2007. Meskipun meningkat cukup besar, namunsampai saat ini belanja modal untuk investasi masih lebih kecil daripada overheadcost (belanja barang). Mengingat Capital Expenditure mempunyai multiplier effectyang jauh lebih besar, maka kecenderungan melambatnya pertumbuhan belanjamodal dimaksud merupakan salah satu faktor penyebab relatif lambatnyapertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan pertumbuhan ekonomi China atauIndia.NK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>IV-85

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!