12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebijakan Desentralisasi Fiskal <strong>dan</strong> Pengelolaan <strong>Keuangan</strong> DaerahBab Vkeputusan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggarandengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan, yang bersangkutanpada tahun berikutnya yang dituangkan pada perkiraan maju.Reformasi pengelolaan keuangan daerah tersebut tidak lepas dari tujuan diberlakukannyaotonomi daerah, yaitu selain untuk peningkatan pelayanan publik, baik secara kualitatifmaupun kuantitatif, juga dalam rangka pengalokasian sumber daya yang efisien <strong>dan</strong>efektif, serta penciptaan ruang gerak bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunandaerah. Sekalipun demikian, berbagai perubahan tersebut harus tetap berpegang padaprinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah, yaitu akuntabilitas, kejujuran dalammengelola keuangan publik, transparansi, <strong>dan</strong> pengendalian.5.2. Permasalahan <strong>dan</strong> Tantangan yang Dihadapi dalamPelaksanaan Desentralisasi Fiskal di IndonesiaPelaksanaan desentralisasi di Indonesia pada prinsipnya bertujuan untuk lebihmenciptakan kemandirian, demokrasi, partisipasi masyarakat, <strong>dan</strong> pertanggungjawabanpemerintah kepada masyarakatnya secara menyeluruh dalam wadah NKRI. Dalamkaitan itulah diperlukan dukungan ekonomi <strong>dan</strong> politik dalam penyelenggaraan urusanpemerintahan. Namun demikian, implementasi desentralisasi tersebut masih menghadapiberbagai permasalahan, yang tidak saja disebabkan oleh beberapa hal yang berasal dariketetapan dalam UU, namun juga permasalahan di luar ketentuan perun<strong>dan</strong>gan.Beberapa permasalahan <strong>dan</strong> tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan desentralisasifiskal di Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut.5.2.1. Hubungan antara UU Desentralisasi dengan UUSektoralPenegasan hubungan kewenangan administrasi <strong>dan</strong> keuangan antara pemerintahprovinsi dengan pemerintah kabupaten/kota perlu dilakukan agar tidak menimbulkankerancuan dalam penyediaan anggaran. Kerancuan tersebut berdampak kepadapengaturan teknis oleh kementrian/lembaga (K/L) yang tidak selaras dengan pengaturannorma <strong>dan</strong> standar kewenangan teknis antara pusat <strong>dan</strong> daerah. Oleh karena itu,mekanisme pen<strong>dan</strong>aan yang dilaksanakan berdasarkan azas desentralisasi, dekonsentrasi,<strong>dan</strong> tugas pembantuan dalam banyak hal masih dilaksanakan secara tumpang tindih.UU Nomor 32 Tahun 2004 mengamanatkan agar semua ketentuan peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang berkaitan secara langsung dengan daerah otonom wajibmendasarkan <strong>dan</strong> menyesuaikan pengaturannya pada UU dimaksud.Berbagai tantangan di atas memerlukan a<strong>dan</strong>ya harmonisasi <strong>dan</strong> sinkronisasi terhadapkelembagaan maupun peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang berkaitan dengandesentralisasi. Dalam hal ini, agenda harmonisasi kelembagaan perlu dilakukan dalamrangka penyesuaian hubungan kewenangan pusat dengan kewenangan pemerintahdaerah, sehingga kewenangan <strong>dan</strong> <strong>dan</strong>a, baik yang diserahkan <strong>dan</strong> didelegasikan,maupun diperbantukan dapat dilaksanakan dengan tegas. Agenda sinkronisasi peraturanperun<strong>dan</strong>gan juga perlu dilakukan guna menyelaraskan pelaksanaan kewenangan olehK/L.NK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>V-33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!