12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pembiayaan Defisit <strong>Anggaran</strong>, Pengelolaan Utang, <strong>dan</strong> Risiko FiskalBab VITurunnya biaya utang mencerminkan kinerja pasar sekunder Obligasi Negara yang semakinbaik dari sisi efisiensi <strong>dan</strong> likuiditasnya, yang terlihat dari turunnya (downward shifting)kurva imbal hasil, misalnya dari 13,42-15,79 persen pada Agustus 2005 menjadi 6,60-9,70persen pada Juni 2007 sebagaimana ditunjukkan Grafik VI.7. Indikator lain yangmenunjukkan peningkatan kinerja pasar sekunder Obligasi Negara di pasar domestik, antaralain, adalah semakin meningkatnya volume <strong>dan</strong> frekuensi perdagangan harian; semakinmenyebarnya basis investor; tipisnya spread antara bunga SBI 1 bulan <strong>dan</strong> imbal hasilObligasi Negara dengan tenor yang jauh lebih panjang (lihat Boks VI.6 tentang KinerjaPasar Sekunder Surat Utang Negara). Se<strong>dan</strong>gkan kinerja Obligasi Negara valuta asingdi pasar internasional tercermin dari perkembangan spread antara imbal hasil ObligasiNegara valuta asing (USD) dengan imbal hasil 10 year-US Treasury Bond. Spread inimenunjukkan besarnya premi risiko (gagal bayar) yang diminta investor yang membeliObligasi Negara valuta asing. Semakin sempit/tipis spread berarti semakin rendah risikogagal bayar yang dipersepsikan oleh investor <strong>dan</strong> semakin tinggi kepercayaan investor,terutama terhadap kinerja pengelolaan makroekonomi <strong>dan</strong> stabilitas sosial-politik negaradalam jangka panjang. Secara keseluruhan, perkembangan spread menunjukkankecenderungan/trend yang menurun/menipis. Dibandingkan dengan spread obligasi Filipinayang ratingnya lebih tinggi, kinerja Obligasi Negara RI relatif masih lebih baik. (lihatBoks VI.6 tentang Kinerja Pasar Sekunder Surat Utang Negara).6.3.3. Proyek Pembangunan InfrastrukturKetersediaan infrastruktur yang memadai <strong>dan</strong> berkesinambungan merupakan salah satukebutuhan yang mendesak dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi. Gunamendukung percepatan pembangunan infrastruktur tersebut, Pemerintah antara lainmemberikan penugasan kepada BUMN <strong>dan</strong> melakukan kerjasama dengan ba<strong>dan</strong> usahaatau biasa dikenal dengan Public Private Partnerships (PPPs).Proyek pembangunan infrastruktur yang merupakan penugasan Pemerintah kepada BUMNantara lain adalah Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000MW yang diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006 tentang Penugasankepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan PembangunanPembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara.Se<strong>dan</strong>gkan proyek pembangunan infrastruktur dalam kerangka PPPs antara lain adalahProyek Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa, Proyek Pembangunan Jalan Tol Jakarta OuterRing Road II (JORR II), <strong>dan</strong> Proyek Pembangunan Monorail. Pelaksanaan PPPs diaturdengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah denganBa<strong>dan</strong> Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur <strong>dan</strong> Peraturan Menteri <strong>Keuangan</strong> Nomor38/PMK.01/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian <strong>dan</strong> Pengelolaan Risiko atasPenyediaan Infrastruktur.6.3.3.1. Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit TenagaListrik 10.000 MWBerdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun2006, <strong>dan</strong> Peraturan Menteri <strong>Keuangan</strong> Nomor 146/PMK.01/2006 Tahun 2006, PemerintahNK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>VI-59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!