12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab VKebijakan Desentralisasi Fiskal <strong>dan</strong> Pengelolaan <strong>Keuangan</strong> DaerahDengan telah ditetapkannya PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusanantara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, <strong>dan</strong> Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota yang membagi urusan antara pemerintah <strong>dan</strong> pemerintahan daerahperlu dilakukan sinkronisasi <strong>dan</strong> harmonisasi antara UU sektoral. Sinkronisasi ini terkaitdengan a<strong>dan</strong>ya pembagian urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan pemerintahanyang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah <strong>dan</strong> urusan pemerintahan yangdikelola secara bersama antartingkatan <strong>dan</strong> susunan pemerintahan atau konkuren.Dengan demikian, dalam UU sektoral untuk setiap bi<strong>dan</strong>g urusan pemerintahan yangbersifat konkuren terdapat bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat,pemerintahan daerah provinsi, <strong>dan</strong> pemerintahan kabupaten/kota.5.2.2. Kebijakan Hold Harmless dalam Pengalokasian DAUKebijakan hold harmless yang menghendaki tidak a<strong>dan</strong>ya daerah yang memperoleh DAUlebih kecil daripada DAU yang diterimanya pada tahun sebelumnya, mulai dilaksanakansejak tahun 2002. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan politis agar penerimaanDAU daerah minimal sama dengan penerimaan DAU tahun sebelumnya. Berkaitandengan itu, dalam APBN 2002 disediakan <strong>dan</strong>a penyeimbang yang dialokasikan secaraproporsional kepada daerah-daerah yang seharusnya berdasarkan perhitungan DAU hasilformula murni mengalami penurunan DAU dalam tahun bersangkutan. Dengan a<strong>dan</strong>yakebijakan hold harmless ini, maka daerah tidak mengalami penurunan dalam penerimaanDAU. Kebijakan hold harmless tersebut tidak sejalan dengan tujuan untuk memperkecilketidakseimbangan fiskal antardaerah.Rencana penerapan formula murni diharapkan dapat lebih mudah untuk dilaksanakan,meskipun tuntutan politis untuk mempertahankan, bahkan terus meningkatkanperolehan DAU bagi seluruh daerah nampaknya masih cukup tinggi. Dengan demikian,keberhasilan penerapan formula murni mulai tahun <strong>2008</strong> sangat ditentukan oleh politicalwill pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta DPR-RI dalam upaya mengoptimalkanalokasi DAU bagi kepentingan seluruh daerah.5.2.3. Peraturan Daerah yang Mendorong TimbulnyaEkonomi Biaya Tinggi <strong>dan</strong> Menghambat InvestasiSejalan dengan pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah provinsi <strong>dan</strong>pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan <strong>dan</strong> pelayanan kepadamasyarakat, kepada daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut pajak daerah <strong>dan</strong>retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 1997 yang telah diubahdengan UU Nomor 34 Tahun 2000. Pada intinya, UU tersebut mengatur jenis, tarif <strong>dan</strong>administrasi pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah. Berdasarkan UU tentang pajak daerah <strong>dan</strong>retribusi daerah, terdapat 11 jenis pajak daerah <strong>dan</strong> 28 jenis retribusi daerah yang dapatdipungut oleh daerah. Dari 11 jenis pajak tersebut, 4 jenis pajak daerah diantaranya merupakanjenis pajak provinsi <strong>dan</strong> 7 jenis pajak lainnya merupakan jenis pajak kabupaten/kota. Pajakprovinsi terdiri dari: (i) pajak kendaraan bermotor <strong>dan</strong> kendaraan di atas air (PKB&KAA)dengan tarif maksimum 5 persen, (ii) bea balik nama kendaraan bermotor <strong>dan</strong> kendaraan diV-34 NK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!