12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab VKebijakan Desentralisasi Fiskal <strong>dan</strong> Pengelolaan <strong>Keuangan</strong> DaerahSebagian besar pungutan yang dilakukan oleh daerah, baik dalam bentuk pajak ataupunretribusi, berkaitan dengan lalu lintas barang, seperti pengenaan pajak/retribusi ataspengeluaran <strong>dan</strong> pemasukan barang hasil-hasil bumi, hewan <strong>dan</strong> ternak, serta retribusi ataspenggunaan jalan umum. Sebagian lainnya adalah retribusi yang berkaitan dengan pelayananadministrasi pemerintahan, seperti penerbitan izin usaha, rekomendasi, legalisasi surat <strong>dan</strong>administrasi lainnya, yang seharusnya dapat dibiayai dari penerimaan umum daerah.Pengenaan pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah baru tersebut cenderung mendorong terjadinyaekonomi biaya tinggi <strong>dan</strong> iklim yang tidak kondusif bagi investasi. Pungutan-pungutantersebut, walaupun secara finansial relatif kecil nilainya, namun dapat mengganggu ikliminvestasi, karena investor dihadapkan dengan berbagai macam pungutan yang kecil-kecilyang dapat meningkatkan biaya pemenuhan perpajakan <strong>dan</strong> retribusi (compliance cost).Untuk mengurangi dampak negatif dari perda tentang pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah,pemerintah pusat melakukan pengawasan. Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000, sistempengawasan yang diterapkan adalah bersifat represif, yakni daerah dapat menetapkan <strong>dan</strong>memberlakukan perda tentang pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah tanpa memerlukanpersetujuan dari pemerintah pusat. Daerah wajib menyampaikan perda dimaksud kepadapemerintah pusat untuk dievaluasi dalam jangka waktu 15 hari sejak ditetapkan. Polapengawasan seperti ini sejalan dengan semangat otonomi daerah yang ditandai denganterbitnya UU Nomor 22 Tahun 1999. Banyaknya perda pungutan daerah yang bertentangandengan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong>/atau kepentingan umum, merupakan salahsatu pertimbangan mengubah sistem pengawasan pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah darisistem represif menjadi sistem preventif sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 Tahun2004. Berdasarkan sistem ini, Raperda pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah harus mendapatkanpersetujuan dari Gubernur (untuk perda kabupaten/kota) <strong>dan</strong> dari Menteri Dalam Negeri(untuk perda provinsi) sebelum ditetapkan menjadi perda. Kebijakan ini dapat mengurangitimbulnya perda-perda pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah yang bermasalah. Namun demikian,sistem pengawasan ini tentunya akan memperpanjang birokrasi dalam penetapan perdapajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah.Dalam kurun waktu sampai dengan 2 Maret 2006, pemerintah pusat melalui DepartemenDalam Negeri telah membatalkan 505 Perda tentang pajak daerah <strong>dan</strong> retribusi daerah.Perda-perda yang dibatalkan tersebut bertentangan dengan peraturan perun<strong>dan</strong>gan yanglebih tinggi <strong>dan</strong>/atau kepentingan umum. Sebagian besar perda pungutan daerah yangdibatalkan tersebut adalah di sektor perindustrian <strong>dan</strong> perdagangan, perhubungan, kehutanan,tenaga kerja, peternakan, kelautan <strong>dan</strong> perikanan, perkebunan, serta energi <strong>dan</strong> sumberdaya mineral, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel V.13. Pungutan daerah yang berlebihanpada sektor-sektor tersebut akan secara langsung membebani masyarakat yang bergerakdibi<strong>dan</strong>g tersebut, <strong>dan</strong> memberikan dampak negatif bagi pengembangan kegiatan ekonomimasyarakat.Perda pungutan daerah yang dibatalkan tersebut terdapat di hampir seluruh wilayahIndonesia. Urutan terbesar kabupaten/kota yang menerbitkan perda pungutan daerah yangbermasalah <strong>dan</strong> telah dibatalkan oleh pemerintah pusat adalah kabupaten/kota yang beradadi wilayah provinsi Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan,Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau, Jambisebagaimana dapat dilihat pada Tabel V.14.V-36 NK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!