12.07.2015 Views

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Nota Keuangan dan RAPBN 2008 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebijakan Desentralisasi Fiskal <strong>dan</strong> Pengelolaan <strong>Keuangan</strong> DaerahBab VBAB VKEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DANPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH5.1. Perkembangan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal diIndonesiaPelaksanaan otonomi daerah <strong>dan</strong> desentralisasi fiskal di Indonesia sebenarnya telahdimulai sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia, <strong>dan</strong> mengalami proses evolusi yangcukup panjang. Hal ini antara lain tercermin dari telah diberlakukannya Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g(UU) Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah sebagaimanadiubah dengan UU Nomor 1 Tahun 1957, <strong>dan</strong> kemudian disempurnakan dengan UUNomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Selanjutnya,dengan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah,dilakukan penyempurnaan kembali atas kebijakan otonomi daerah dengan fokus otonomipada daerah tingkat II. Namun demikian, kebijakan otonomi daerah tersebut tidak dapatdiimplementasikan dengan baik, terutama karena a<strong>dan</strong>ya berbagai kendala yang ditemui,di antaranya kurang lengkapnya peraturan pelaksanaan dari UU tersebut.Dalam perkembangannya, seiring dengan semakin maraknya tuntutan demokrasi <strong>dan</strong>otonomi daerah, pada tahun 1999 diterbitkan dua UU di bi<strong>dan</strong>g otonomi daerah <strong>dan</strong>desentralisasi fiskal, yaitu UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,<strong>dan</strong> UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan <strong>Keuangan</strong> antara Pemerintah Pusat<strong>dan</strong> Daerah. Strategi umum yang dikembangkan pada kedua UU dimaksud pada dasarnyamencakup empat hal pokok, yaitu: (i) implementasi desentralisasi lebih diutamakandibandingkan dengan sentralisasi; (ii) pertanggungjawaban lebih bersifat horizontaldaripada vertikal; (iii) pengaturan yang lebih jelas mengenai alokasi <strong>dan</strong>a dari pusat kedaerah; serta (iv) kewenangan pengelolaan keuangan diberikan secara utuh kepadadaerah dengan mengedepankan pada azas partisipasi, transparansi, <strong>dan</strong> akuntabilitas.Lahirnya kedua UU tersebut pada dasarnya merupakan tonggak penting daripembaharuan kebijakan desentralisasi fiskal <strong>dan</strong> otonomi daerah di Indonesia.Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan secara konsisten ketentuan-ketentuan dalamKetetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 yang mengamanatkan agar otonomi daerah <strong>dan</strong>pembagian sumber daya alam yang lebih adil <strong>dan</strong> merata segera dilaksanakan, <strong>dan</strong>memenuhi ketentuan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang mengamanatkan agardesentralisasi fiskal harus dilaksanakan paling lambat dua tahun sejak UU tersebutdikeluarkan, maka kebijakan desentralisasi fiskal <strong>dan</strong> otonomi daerah secara tegas <strong>dan</strong>efektif diimplementasikan sejak 1 Januari 2001.Implementasi kebijakan perimbangan keuangan pusat <strong>dan</strong> daerah tersebut tercerminantara lain dari peningkatan alokasi anggaran belanja ke daerah secara sangat signifikandalam periode tersebut. Sejalan dengan itu, guna mengakomodasi amanat UU Nomor25 tahun 1999 yang menyatakan bahwa pengaturan hubungan keuangan antarapemerintah pusat <strong>dan</strong> pemerintahan daerah ditujukan untuk membantu membiayaiNK <strong>dan</strong> <strong>RAPBN</strong> <strong>2008</strong>V-1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!