21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

An-Nawawi berkata, "Kemungkinan maksudnya adalah jangan<br />

kalian menentangku atau salah seorang pemimpin kalian dalam<br />

kebaikan." Maka kata ^/J^<br />

terikat dengan sesuatu setelannya. Ada yang<br />

berpendapat dengan kalimat tersebut Rasulullah SAW mengingatkan,<br />

bahwa ketaatan kepada makhluk diwajibkan sebatas kebaikan, bukan<br />

dalam berbuat maksiat kepada Allah. Pendapat semacam ini sesuai<br />

dengan perintah untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allah.<br />

'•Si* j ; 'J** (Barangsiapa yang menepati), maksudnya berpegang<br />

teguh pada isi perjanjian.<br />

Js- s<br />

(maka ia akan diberi pahala oleh Allah)<br />

Kalimat tersebut diucapkan untuk menunjukkan penghormatan,<br />

karena ketika penyebutan "sumpah" berefek kepada keharusan adanya<br />

balasan, maka menyebutkan ganjaran kepada salah satu di antara kedua<br />

topik tersebut sangat sesuai.<br />

Adapun balasan tersebut, disebutkan dengan menggunakan kata<br />

"surga" dalam riwayat Ash-Shanabahi dari Ubadah yang terdapat dalam<br />

kitab shahih Bukhari Muslim. Kemudian penggunaan kata "ala " adalah<br />

untuk menunjukkan arti "penekanan" bahwa hal tersebut benar-benar<br />

akan terwujud. Akan tetapi berdasarkan dalil-dalil yang ada Allah tidak<br />

wajib melakukan sesuatu apapun, maka kata tersebut tidak dapat<br />

ditafsirkan secara zhahiraya saja. Hal ini akan dijelaskan dalam <strong>hadits</strong><br />

Muadz yang menjelaskan tentang hak Allah atas hamba-Nya.<br />

Jika ada pertanyaan, "Mengapa <strong>hadits</strong> ini hanya menyebutkan<br />

tentang larangan saja dan tidak menyebutkan perintahi" Maka<br />

jawabnya, bahwa Rasulullah tidak mengabaikan perintah-perintah<br />

tersebut, akan tetapi beliau menyebutkannya secara global dalam<br />

sabdanya U-Jai; V j (tidak durhaka) karena maksud durhaka, adalah tidak<br />

melaksanakan perintah. Adapun hikmah disebutkannya larangan yang<br />

tidak disertai perintah adalah karena meninggalkan larangan lebih mudah<br />

dari pada melakukan suatu perbuatan, atau karena menghindari kerusakan<br />

lebih diutamakan daripada mencari kemaslahatan, atau juga<br />

meninggalkan kejelekan lebih dianjurkan sebelum melakukan kebaikan.<br />

; uL_i 2JJi J. ^CI 'j* J (barangsiapa yang melanggar salah satu dari<br />

perjanjian<br />

itu maka ia akan dihukum), Imam Ahmad menambahkan<br />

dalam riwayatnya dengan lafazh *J sehingga menjadi u_i iUi j*

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!