21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Al Karmani menafsirkan kata "Tusawwaduu" dengan arti<br />

"tumbuh jenggotnya", sehingga <strong>hadits</strong> tersebut ditujukan kepada para<br />

pemuda agar mereka mendalami agama sebelum tumbuh jenggotnya atau<br />

bisa juga ditujukan kepada orang dewasa sebelum putih jenggotnya.<br />

Ibnu Munir berkata, ""Kesesuaian antara perkataan Umar tersebut<br />

dengan judul bab adalah, bahwa Umar menjadikan kekuasaan sebagai<br />

salah satu hasil yang dicapai dari mencari ilmu. Oleh karena itu, beliau<br />

mewasiatkan kepada para muridnya agar menggunakan waktunya dengan<br />

baik dalam mencari ilmu sebelum menjadi pemimpin. Hal ini sangat<br />

mendorong seseorang dalam mencari ilmu, karena jika seseorang<br />

mengetahui bahwa ilmu merupakan perantara untuk mencapai kekuasaan,<br />

maka ia akan menjadi giat belajar."<br />

Dalam hal ini. saya berpendapat bahwa maksud Imam Bukhari<br />

adalah menjelaskan, sesungguhnya jabatan kepemimpinan menurut<br />

kebiasaan sering menimbulkan iri hati dan dengki, namun ada <strong>hadits</strong><br />

yang menunjukkan bahwasanya iri dan dengki tidak boleh terjadi kecuali<br />

dalam dua hal, yaitu ilmu dan kebaikan.<br />

Tapi suatu kebaikan tidak dapat dikatakan sebagai hal yang<br />

terpuji jika tidak berdasarkan ilmu. Seolah-olah Imam Bukhari ingin<br />

mengatakan, "Belajarlah sebelum mendapat jabatan agar kalian bisa<br />

berlomba-lomba dalam kebaikan."" Dia juga mengatakan, "Apabila<br />

sebuah jabatan menurut kebiasaan bisa menghalangi pemiliknya untuk<br />

menuntut ilmu, maka tinggalkan kebiasaan tersebut dan pelajarilah ilmu<br />

agar kalian benar-benar mendapatkan ghibthah yang sebenarnya."<br />

Adapun arti ghibthah adalah, seseorang berharap mendapatkan<br />

apa (nikmat) yang ada pada orang lain tanpa menginginkan hilangnya<br />

nikmat dari orang tersebut.<br />

Hasad adalah sifat yang terdapat dalam diri seseorang, sehingga<br />

ia menginginkan hilangnya nikmat yang dimiliki orang lain.<br />

Sebagian orang berpendapat bahwa hasad adalah menginginkan<br />

hilangnya nikmat dari orang lain untuk menjadi miliknya sendiri. Akan<br />

tetapi pendapat yang benar adalah yang mengatakan bahwa hasad adalah<br />

bersifat umum. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai tabiat<br />

selalu ingin mengungguli orang lain sehingga apabila ia melihat orang<br />

lain memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya, maka ia akan berharap agar<br />

benda itu lepas dari tangannya, dengan demikian ia akan lebih unggul<br />

atau paling tidak dapat menyamainya.<br />

Orang yang mempunyai sifat semacam ini adalah orang yang<br />

tercela, jika hal itu terdetik dalam hati atau diungkapkan dengan<br />

perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu. sifat tersebut harus dijauhi<br />

sebagaimana larangan-larangan lainnya.<br />

316 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!