21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Keterangan Hadits:<br />

'A—*jJ'<br />

(Penyakit), yaitu penyakit yang mengiringi Nabi berpulang<br />

ke pangkuan Ilahi. Imam Bukhari dalam kitab Al Maghazi dan Ismaili<br />

menyatakan, "Sesaat sebelum Nabi meninggal." Imam Bukhari dalam<br />

<strong>hadits</strong> riwayat Said bin Jubair menyatakan, bahwa pada waktu itu adalah<br />

hari kamis, empat hari sebelum Nabi meninggal.<br />

mengandung perintah untuk menulis. Dalam Musnud Ahmad<br />

diriwayatkan bahwa yang diperintahkan adalah menulis, dengan redaksi<br />

<strong>hadits</strong> "Nabi SAW memerintahkan kepadaku mengambil papan untuk<br />

menulis sebagai petunjuk agar umatnya tidak tersesat setelah beliau<br />

wafat.<br />

i-jji ilu (Penyakit yang semakin parah). Nabi sudah tidak kuasa<br />

lagi untuk menulis, dan nampaknya Umar memahami situasi itu, ia hanya<br />

ingin mengulur-ulur waktu saja. Al Qurthubi dan lainnya berpendapat,<br />

bahwa kata "Ambillah" adalah bentuk perintah, dan orang yang<br />

diperintah sepantasnya bersegera untuk melaksanakan perintah tersebut.<br />

Namun bagi Umar dan sahabat lainnya, hal itu bukanlah perintah yang<br />

wajib, perintah tersebut hanya semacam nasihat atau petunjuk kepada<br />

yang lebih baik. Oleh sebab itu mereka tidak mau menyulitkan beliau<br />

dalam keadaan seperti itu, karena para sahabat mudah mengingat segala<br />

sesuatu terutama yang datang dari Nabi, apalagi mereka sudah hafal<br />

firman Allah yang menyebutkan r'^—\—> ^'iS^J y 1 Lty C dan firman<br />

lainnya —- JSJ CLJ, Dari sinilah kenapa umar mengatakan, "Cukuplah<br />

dengan Kitab Allah."<br />

Sedangkan kelompok lain berpendapat, bahwa yang paling utama<br />

adalah dengan menuliskan, sebagai pelaksanaan perintah dari Nabi<br />

sekaligus berdampak pada semakin jelasnya suatu perintah. Perintah<br />

untuk menuliskan dalam <strong>hadits</strong> tersebut bersifat ikhtiyar (kebebasan<br />

untuk memilih), karena setelah kejadian itu Nabi masih sempat bertahan<br />

hidup untuk beberapa hari, namun Beliau tidak mengulang perintah<br />

tersebut kepada para sahabat.<br />

Bila saja perintah itu wajib, maka Nabi tentunya tidak akan<br />

membiarkan terjadinya perbedaan pendapat antara para sahabat. Selain<br />

itu Nabi tidak akan meninggalkan tugasnya sebagai penyampai risalah<br />

FATHUL BAARI — 399

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!