21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

wanita tersebut adalah Al Haula' binti Tuwait bin Habib Asad bin Abdul<br />

Izzi yang termasuk keluarga Khadijah RA. Dalam riwayat itu, <strong>hadits</strong><br />

tersebut diriwayatkan dengan lafazh, "Dan mereka mengatakan bahwa<br />

wanita tersebut tidak pernah tidur pada malam hari." Riwayat ini<br />

menguatkan riwayat kedua yang mengatakan bahwa kalimat tersebut<br />

bukan berasal dari Aisyah.<br />

Jika ada yang mengatakan, bahwa dalam <strong>hadits</strong> Hisyam pada bab<br />

ini disebutkan "ketika Nabi SAW pulang ke rumah Aisyah dan beliau<br />

melihat ada seorang wanita di dekatnya", sedangkan dalam riwayat Az-<br />

Zuhri disebutkan "Bahwa Al Haula' bertemu dengan Rasulullah", maka<br />

kedua riwayat tersebut nampak saling bertentangan. Akan tetapi kedua<br />

<strong>hadits</strong> itu dapat disatukan, yaitu bahwa wanita yang bertemu dengan<br />

Rasulullah adalah selain Al Haula' yang berasal dari bani Asad, atau<br />

dimungkinkan juga ada beberapa kisah tentang hal itu.<br />

Pernyataan semacam itu dapat dibantah, karena kisah yang<br />

berkenaan dengan <strong>hadits</strong> di atas hanya satu, seperti yang diriwayatkan<br />

oleh Muhammad bin Ishaq dari Hisyam "Al Haula binti Tuwait lewat di<br />

depan Rasulullah". Riwayat ini dikeluarkan oleh Muhammad bin Nashr<br />

dalam bab "Bangun Malam". Dari sini dapat dijelaskan bahwa Al Haula'<br />

pada mulanya berada di rumah Aisyah, tetapi ketika Rasulullah SAW<br />

pulang ke rumah Aisyah, Al Haula' bangun seperti yang dijelaskan dalam<br />

riwayat Hamad bin Salmah yang akan kita sebutkan nanti. Kemudian<br />

ketika wanita tersebut bangun dan hendak pergi, ia bertemu dengan<br />

Rasulullah. Maka setelah ia pergi, Rasulullah pun menanyakan kepada<br />

Aisyah tentang wanita tersebut. Dengan demikian, riwayat-riwayat<br />

tersebut dapat disatukan.<br />

1_J> (Jangan begitu), maksudnya adalah cukuplah. Teguran ini<br />

ditujukan kepada Aisyah dengan maksud untuk melarangnya agar tidak<br />

memuji seseorang dengan cara seperti itu, atau untuk melarangnya agar ia<br />

tidak melakukan perbuatan seperti itu. Pendapat ini diikuti oleh sebagian<br />

ahli fikih, sehingga mereka berpendapat bahwa melakukan shalat<br />

sepanjang malam hukumnya makruh, seperti yang akan diterangkan<br />

kemudian.<br />

oj LWi jU-iO* (Kerjakanlah semampumu), maksudnya<br />

kerjakanlah amal yang dapat kamu lakukan secara terus menerus. Secara<br />

eksplisit, kalimat tersebut mengandung perintah untuk melakukan ibadah<br />

sesuai dengan kemampuan. Sedangkan secara implisit, kalimat tersebut<br />

mengandung larangan untuk membebani seseorang dengan melakukan<br />

ibadah yang berada di luar kemampuannya. Qadhi Iyadh berkata, "Ada<br />

kemungkinan bahwa yang dimaksud adalah khusus dalam masalah shalat<br />

184 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!