21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kewajibannya- maka perbuatan tersebut merupakan bukti penghinaan<br />

terhadap hak Allah. Untuk itu perbuatan tersebut dapat dikatagorikan<br />

sebagai kekufuran, hanya saja kekufuran tersebut tidak sampai<br />

mengeluarkannya dari agama.<br />

Kita dapat melihat dua hal penting dalam <strong>hadits</strong> ini, Pertama<br />

bahwa Imam Bukhari membolehkan memotong <strong>hadits</strong> jika tidak akan<br />

merusak maknanya, baik dengan kalimat sebelumnya maupun<br />

sesudahnya. Hal semacam ini dapat menimbulkan kesan bagi orang yang<br />

tidak hafal <strong>hadits</strong> tersebut, bahwa pemotongan <strong>hadits</strong> semacam ini tidak<br />

sempurna, terutama jika pemotongannya berada di tengah-tengah <strong>hadits</strong><br />

seperti dalam sabda Nabi, JL_3I i-—,ji<br />

Sedangkan permulaannya yang<br />

lengkap seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas adalah, "Terjadi<br />

gerhana matahari pada masa Rasulullah..,.(di sini disebutkan pula kisah<br />

tentang shalat khusuf (gerhana matahari) dan khutbah Rasulullah<br />

termasuk dalam bagian ini).<br />

Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang mengira bahwa kedua<br />

<strong>hadits</strong> itu tidak sama karena memiliki permulaan yang berbeda. Sehingga<br />

diantara mereka ada yang mengatakan bahwa jumlah <strong>hadits</strong> dalam kitab<br />

shahih Bukhari adalah empat ribu <strong>hadits</strong> tanpa pengulangan, seperti Ibnu<br />

Shalah, Syaikh Muhyiddin dan lain sebagainya. Pendapat ini tidak benar,<br />

karena setelah diteliti jumlahnya adalah 1513 <strong>hadits</strong>, seperti yang telah<br />

saya jelaskan dalam pembukaan kitab ini.<br />

Kedua, bahwa Imam Bukhari tidak mengulang sebuah <strong>hadits</strong><br />

kecuali jika ada manfaatnya baik dalam matan atau sanad. Jika terdapat<br />

dalam matan, maka beliau tidak mengulangnya dalam bentuk yang sama,<br />

akan tetapi beliau akan membedakannya. Jika jalur sanad-nya banyak,<br />

maka beliau akan menyebutkan satu jalur sanad dalam setiap bab.<br />

Sedangkan jika jalur sanad-nya sedikit, maka beliau akan meringkas<br />

sanad atau matan <strong>hadits</strong> tersebut. Hal semacam ini dapat kita lihat dalam<br />

<strong>hadits</strong> ini, dimana beliau meriwayatkannya dari Abdullah bin Maslamah<br />

(maksudnya Al Qa'nabi) secara ringkas dan terbatas pada judul bab saja,<br />

sebagaimana telah dijelaskan bahwa maksiat dapat dikatakan sebagai<br />

kekufuran. Kemudian matan ini juga disebutkan oleh beliau dalam bab<br />

jt—' '* ^IJJJ 'J~? 'J dengan sanad tersebut. Tetapi karena tidak merubah<br />

sanad-nya, maka beliau meringkas matan-nya. sesuai dengan judul bab.<br />

Beliau juga memaparkannya kembali secara lengkap dalam bab<br />

"Shalat Khusuf" dengan sanad yang sama, dan dalam bab "Penciptaan<br />

Makhluk" ketika menjelaskan tentang matahari dan bulan. Beliau<br />

FATHUL BAARI — 149

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!