21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dianggap sebagai orang munafik. Inilah yang disampaikan oleh Al<br />

Ghazali dalam kitab Ihya'.<br />

Thabrani meriwayatkan sebuah <strong>hadits</strong> panjang yang menguatkan<br />

pernyataan tersebut, demikian pula dalam <strong>hadits</strong> yang diriwayatkan oleh<br />

Salman, "Jika berjanji ia akan berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia<br />

akan mengingkarinya." Hal semacam ini juga terdapat pada karakterkarakter<br />

yang lain. Kemudian dalam riwayat Abu Daud dan Tirmidzi dari<br />

Zaid bin Arqam disebutkan, "Jika seseorang menjanjikan saudaranya dan<br />

berniat untuk membayar (hutang) kemudian tidak membayarnya, maka<br />

tidak ada dosa baginya."<br />

lij li'j (jika berjanji). Yang dimaksud dengan janji dalam <strong>hadits</strong><br />

ini adalah janji dalam suatu kebaikan, karena janji dalam keburukan<br />

harus dilanggar dan tidak harus dipatuhi, bahkan diwajibkan untuk<br />

ditentang jika mendatangkan bahaya. Sedangkan dusta yang ada dalam<br />

<strong>hadits</strong> yang diceritakan oleh Ibnu At-Tin dari Malik, ketika ditanya<br />

tentang orang yang berdusta, ia mengatakan, "Jenis dusta yang mana?"<br />

Agaknya ia berbicara tentang masa lalunya, lalu berlebih-lebihan dalam<br />

menceritakannya. Hal ini tidak berbahaya, tapi yang berbahaya adalah<br />

orang yang berbicara tentang sesuatu yang berlawanan dengan realita<br />

dengan maksud berdusta.<br />

Imam Nawawi berkata, "Hadits ini dianggap oleh sebagian ulama<br />

sebagai <strong>hadits</strong> yang bermasalah, karena sifat-sifat ini telah ditemukan<br />

dalam diri seorang muslim dan dia tidak dihukumi kafir." Kemudian<br />

beliau melanjutkan, "Makna <strong>hadits</strong> tersebut adalah benar dan tidak ada<br />

masalah di dalamnya. Sedangkan apa yang dikatakan oleh para penahqiq,<br />

bahwa orang yang memiliki karakter munafik disamakan dengan orang<br />

munafik, maka saya katakan bahwa pernyataan ini adalah dalam bentuk<br />

majaz. Artinya orang yang memiliki karakter tersebut seperti orang<br />

munafik, karena yang dimaksud dengan munafik di sini adalah Nifaqul<br />

Kufri (kekufuran).<br />

Ada juga yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan<br />

munafik dalam <strong>hadits</strong> tersebut adalah Nifaqul 'Amal (kemunafikan dalam<br />

perbuatan) seperti yang kami sebutkan. Pendapat ini didukung oleh Al<br />

Qurthubi berdasarkan perkataan Umar kepada Hudzaifah, "Apakah<br />

engkau mengetahui kemunafikan dalam diriku?" Kemunafikan dalam<br />

pertanyaan tersebut maksudnya bukanlah Nifagul Kufri, tapi Nifaqul<br />

'Amal. Kemudian diperkuat dengan menambahkan kata "khalishah"<br />

FATHUL BAARI — 161

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!