21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

akan bertentangan dengan adat (kebiasaan), dan seandainya ia memulai<br />

dengan basmalah, maka ia telah meninggalkan hamdalah, dengan<br />

demikian ia hanya memulai dengan basmalah.<br />

Seluruh penulis mushhaf di setiap negara juga mengikuti cara ini,<br />

baik mereka yang mengatakan bahwa basmalah adalah termasuk ayat<br />

surah Al Fatihah, atau mereka yang tidak berpendapat seperti itu.<br />

Disamping itu ada juga yang konsisten dengan firman Allah, 'Wahai<br />

orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahului Allah dan<br />

Rasul-Nya" (Qs. Al Hujuraat (49): 1), sehingga beliau tidak mendahului<br />

perkataan Allah dan Rasul-Nya kecuali dengan perkataan-Nya.<br />

Adapun pendapat yang sangat jauh dari kebenaran adalah<br />

pendapat yang mengatakan, bahwa Imam Bukhari memulai tulisan ini<br />

dengan khutbah, yang di dalamnya ada hamdalah dan syahadah, akan<br />

tetapi telah dihapus oleh orang yang meriwayatkannya.<br />

Seakan-akan orang yang berpendapat seperti ini belum pernah<br />

membaca kitab yang ditulis oleh guru-guru Imam Bukhari dan ahli <strong>hadits</strong><br />

pada waktu itu, seperti Imam Malik dalam kitab Muwaththa', Abd. Razaq<br />

dalam kitab Mushannif, Imam Ahmad dalam kitab MusnadAhmad, Abu<br />

Daud dalam kitab Sunan Abu Daud, dan kitab-kitab lainnya yang tidak<br />

dimulai dengan khutbah dan hanya dimulai dengan basmalah. Golongan<br />

ini adalah mayoritas, sedangkan mereka yang memulai dengan khutbah<br />

hanya golongan minoritas. Apakah mungkin dikatakan setiap perawi<br />

kitab-kitab tersebut telah menghapus khutbah? Sama sekali tidak<br />

mungkin, karena menurut pendapat mereka hamdalah hanya diucapkan<br />

saja, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikh Khatib dalam Kitab Al<br />

Jam?, bahwa Imam Ahmad hanya membaca shalawat Nabi dan tidak<br />

menulisnya ketika menulis <strong>hadits</strong>, hal ini menunjukkan hamdalah dan<br />

syahadah hanya dianjurkan untuk dibaca bukan ditulis. Akan tetapi<br />

mereka yang memulainya seperti metode khutbah, yaitu dengan<br />

menyebut hamdalah dan basmalah, seperti yang dilakukan oleh Imam<br />

Muslim, hal itu kita serahkan kepada Allah, karena Dia yang Maha<br />

Mengetahui akan suatu kebenaran.<br />

Sudah menjadi kebiasaan para pengarang kitab, untuk memulai<br />

penulisan dengan lafazh basmalah, tetapi dalam penulisan syair ada<br />

perbedaan pendapat jika dimulai dengan basmalah. Menurut Imam<br />

Sya'bi, itu tidak boleh. Imam Zuhri mengatakan, "Telah menjadi<br />

kesepakatan para ulama terdahulu untuk tidak mencantumkan basmalah<br />

dalam penulisan syair," sedangkan Sa'id bin Juba'ir dan Jumhur Ulama<br />

16 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!