21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pada Allah dan Rasulnya," kemudian Allah mengancam akan hal<br />

tersebut dengan janjinya fatarabbashuu (maka tunggulah).<br />

Makna <strong>hadits</strong> ini telah mengisyaratkan kepada manusia untuk<br />

selalu melaksanakan keutamaan dan meninggalkan kehinaan. Ada<br />

pendapat yang mengatakan, bahwa cinta kepada Allah mencakup dua hal:<br />

1. Fardhu : Kecintaan yang mendorong manusia untuk melaksanakan<br />

segala macam perintah-Nya, meninggalkan segala macam maksiat dan<br />

ridha kepada ketetapan-Nya. Barangsiapa yang terjerumus dalam<br />

kemaksiatan, melaksanakan yang diharamkan dan meninggalkan yang<br />

wajib, maka dia telah lalai dan lebih mengedepankan hawa nafsunya dari<br />

pada kecintaan kepada Allah. Orang yang lalai terkadang lebih menyukai<br />

dan memperbanyak perbuatan-perbuatan yang mubah. Prilaku ini akan<br />

melahirkan ketidakpedulian, sehingga orang tersebut akan dengan mudah<br />

terperosok ke dalam maksiat yang menimbulkan penyesalan.<br />

2. Sunnah : Membiasakan diri untuk melaksanakan shalat sunnah dan<br />

berusaha meninggalkan hal-hal yang syubhat. Prilaku orang yang demikian<br />

ini masih sangat jarang kita temukan.<br />

Disamping itu termasuk cinta kepada Rasulullah, adalah tidak<br />

melaksanakan perintah atau tidak menjauhi larangan kecuali ada cahaya<br />

penerang dari Beliau, dengan demikian orang tersebut akan selalu<br />

berjalan di atas jalan yang sudah digariskan. Orang yang mencintai Rasul<br />

pasti akan meridhai syariat yang dibawanya dan berperangai seperti<br />

akhlaknya, seperti dermawan, mulia, sabar dan rendah hati. Oleh sebab<br />

itu orang yang berupaya untuk melakukan perbuatan seperti di atas,<br />

niscaya akan menemukan manisnya iman.<br />

Syaikh Muhyiddin mengatakan, "Hadits ini mengandung makna<br />

yang mulia, karena <strong>hadits</strong> ini merupakan dasar agama. Adapun makna<br />

"manisnya iman" adalah kelezatan dalam melaksanakan ketaatan dan<br />

kemampuan menghadapi kesulitan dalam agama, serta mengutamakan<br />

agama dari pada hal-hal yang berbau keduniaan. Cinta kepada Allah<br />

dapat dicapai dengan ketaatan dan meninggalkan segala yang melanggar<br />

aturan-Nya. Konsekuensi seperti ini tetap sama, bila kita mencintai<br />

Rasul-Nya. "Begitu pula bila kita mencintai Rasul-Nya, konseksuensinya<br />

tetap sama seperti ini."<br />

Kata yang dipakai dalam <strong>hadits</strong> tersebut adalah "apa saja" bukan<br />

"siapa saja". Hal ini berfungsi untuk menekankan bahwa makna <strong>hadits</strong><br />

FATHUL BAARI — 101

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!