21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kurban dan tak ada dosa bagimu." Kemudian tidak ada pertanyaan<br />

yang dilontarkan sebelum atau selelahnya kecuali beliau berkata,<br />

"Kerjakan, tidak ada dosa bagimu."<br />

Keterangan Hadits:<br />

Bab bertanya dan memberi fatwa ketika melontar Jumrah,<br />

maksudnya kesibukan seorang alim dalam mengerjakan ketaatan tidak<br />

menjadi penghalang untuk bertanya tentang ilmu. Juga diperbolehkannya<br />

bercakap-cakap ketika melontar dan melaksanakan manasik lainnya.<br />

Hadits ini telah disampaikan pada bab "Futya A'ala Dabbah" dan pada<br />

akhir pembahasan haji Abdul Aziz bin Abi Salmah adalah Ibnu Abdullah<br />

yang dinisbatkan kepada kakeknya, Abi Salmah Al Majisyun.<br />

Beberapa orang tidak setuju dengan judul tersebut, karena<br />

menurut mereka tema di atas menjelaskan kejadian pada saat melontar,<br />

tetapi <strong>hadits</strong> tersebut menyebutkan bahwa Rasulullah hanya berdiri di<br />

tempat melontar Jumrah. Jawabannya adalah, Imam Bukhari sering<br />

menggunakan lafazh yang umum, maka terjadinya pertanyaan di tempat<br />

Jumrah lebih umum daripada mengkhususkannya pada saat Nabi sedang<br />

atau sesudah melontar.<br />

Dengan khabar ini, Al Ismaili berargumen bahwa urutan sesuatu<br />

tergantung kepada redaksionalnya selama tidak ada dalil yang<br />

menyatakan sebaliknya, wallahu A'lam. Kesimpulannya adalah apabila<br />

mereka tidak memiliki paham yang sama dengan pendapat ini, maka<br />

mereka tidak akan bertanya tentang didahulukannya perbuatan kedua dan<br />

yang pertama. Jika sebuah perintah ditujukan kepada 2 perkara kemudian<br />

dirangkaikan dengan huruf "\vaw'\ maka menurut Al Ismaili, prinsipnya<br />

adalah mendahulukan yang didahulukan dan mengakhirkan yang<br />

diakhirkan, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan wajibnya<br />

persamaan. Kemudian orang yang berpendapat bahwa kalimat tersebut<br />

tidak menunjukkan urutan, juga berpegang kepada khabar mi dan<br />

berkata, "Hingga ada dalil yang menunjukkan urutan tersebut."<br />

Kemudian Al Ismaili juga mengkritik judul tersebut dengan<br />

mengatakan, bahwa tidak ada faidahnya menjadikan tempat<br />

berlangsungnya tanya jawab sebagai bab tersendiri. Jika memang harus<br />

maka lebih baik membuat judul baru, yaitu bab tanya jawab dalam<br />

perjalanan dan bab pertanyaan pada hari Nahr. Jawaban atas tidak adanya<br />

faidah telah kita kemukakan sebelumnya.<br />

Apa yang diinginkan oleh Imam Bukhari dalam pemberian judul<br />

ini merupakan suatu hal yang baik, bahkan merupakan suatu keharusan<br />

untuk bertanya tentang masalah yang tidak diketahui pada saat<br />

FATHUL BAARI — 427

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!