21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

jika jawabannya dapat, maka berarti telah menisbatkan kebodohan<br />

kepada Allah. Maha Suci Allah dari kebodohan.<br />

Perhatian:<br />

Secara eksplisit, teks tersebut mengindikasikan bahwa iman<br />

seseorang tidak sempurna kecuali ia meyakini seluruh rukun Iman yang<br />

telah disebutkan. Sedangkan para fuqaha telah sepakat, bahwa seseorang<br />

dapat dikatakan beriman jika ia beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Ha!<br />

tersebut dikarenakan maksud Iman kepada Rasulullah, adalah meyakini<br />

keberadaannya dan apa yang disampaikan dari Tuhannya. Oleh karena<br />

itu, semua yang disebutkan tercakup dalam keimanan tersebut.<br />

* Ui J—2J JI (Untuk menyembah Allah). An-Nawawi berkata,<br />

"Mungkin saja yang dimaksud dengan ibadah adalah mengetahui Allah<br />

(ma'rifatullah). Oleh karena itu, dianeksasikannya (athaj) shalat dan<br />

yang lain kepada Iman kepada Allah untuk dimasukkannya (selain Islam)<br />

ke dalam Islam. Mungkin juga yang dimaksud dengan ibadah adalah<br />

ketaatan secara mutlak, maka seluruh kewajiban sudah termasuk di<br />

dalamnya. Berdasarkan ini maka pengathafan antara shalat dan yang<br />

lainnya masuk dalam kategori 'Athaf Al Khas Ila Al 'Aam"<br />

Saya berpendapat bahwa kemungkinan pertama sangat jauh<br />

kebenarannya, karena ma'rifah merupakan efek dari Iman sedangkan<br />

Islam adalah perbuatan lahir dan batin.<br />

Dalam <strong>hadits</strong> Umar hal tersebut ditafsirkan sebagai berikut,<br />

"Engkau bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah<br />

utusan Allah," Hal ini menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan<br />

ibadah dalam <strong>hadits</strong> ini adalah mengucapkan syahadatain. Dengan<br />

demikian merupakan bantahan terhadap kemungkinan kedua. Ketika<br />

perawi mengibaratkan ibadah, maka dia harus menjelaskannya dengan<br />

kalimat, "tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun" Kalimat<br />

tersebut tidak dibutuhkan dalam riwayat Umar, karena kata-kata yang ada<br />

di dalamnya telah mencakup hal tersebut.<br />

Jika ada pertanyaan, "Pertanyaan tersebut bersifat umum karena<br />

dia bertanya tentang inti keislaman sedangkan jawaban yang diberikan<br />

bersifat khusus yaitu menyembah dan bersyahadat kepada Allah.<br />

Demikian pula ketika ditanya tentang iman, maka jawabnya hendaknya<br />

kamu beriman; dan juga tentang ihsan, hendaknya kamu menyembah?"<br />

Jawabnya, permasalahan tersebut merupakan daerah pemisah antara<br />

mashdar (gerund) dengan kata o* danfi 'U (kata kerja), karena kalimat Ji<br />

J_Jui; mengindikasikan istiqbaal<br />

(waktu yang akan datang) sedangkan<br />

216 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!