21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

a'lamuhu (saya mengetahuinya), dan tidak boleh ditulis dengan harakat<br />

dhammah karena hal tersebut akan menunjukkan arti "azhunnuhu" (saya<br />

mengira), padahal kalimat sebelumnya adalah J—L- J—li-f i—^—•Sli-<br />

(pengetahuanku tentang orang itu mendesakku..)<br />

Dalam <strong>hadits</strong> tersebut, tidak ada satu indikasi pun yang<br />

mengharuskan harakat fathah. karena kata J—Lc (pengetahuan) bisa<br />

digunakan untuk menunjukkan asumsi yang kuat (zhannul ghaalib),<br />

berdasarkan firman Allah, 'yjlul* jii "maka jika kamu mengetahui<br />

bahwa mereka benar-benar beriman." (Qs. Al Mumtahanah (60): 10)<br />

Meskipun kita menerima pendapat Syaikh Muhyiddin, akan tetapi<br />

jika premis sebuah ilmu pengetahuan bersifat zhanniyah (asumtif), maka<br />

ilmu pengetahuan tersebut sifatnya nazhari (teoritis), bukan yakini<br />

(pasti). Hal semacam itu dapat kita terapkan dalam kasus ini. Pendapat<br />

inilah yang dianut oleh pengarang kitab Al Mufham fi Syarhi Muslim<br />

dengan mengatakan, "Riwayat tersebut ditulis dengan harakat dhammah.<br />

Kesimpulannya bahwa sumpah diperbolehkan meskipun hanya didasari<br />

asumsi yang kuat, karena Rasulullah tidak pernah melarang Sa'ad untuk<br />

melakukannya."<br />

ClU ji JUi (Nabi menjawab, "Atau seorang<br />

muslim.")<br />

Dalam riwayat Ibnu Arabi disebutkan bahwa Rasulullah<br />

bersabda, "Jangan katakan mukmin tapi katakanlah muslim." Dari<br />

perkataan tersebut jelaslah bahwa arti kata "au" adalah untuk<br />

menunjukkan pengelompokkan. Maka ungkapan tersebut bukan untuk<br />

mengingkari, tetapi untuk menjelaskan bahwa memanggil seseorang yang<br />

tidak diketahui apa yang ada dalam hatinya dengan sebutan "muslim "<br />

adalah lebih baik daripada memanggilnya dengan sebutan "mukmin. "<br />

Karena, Islam dapat diketahui dengan perbuatan zhahir. Itulah yang<br />

disampaikan secara ringkas oleh Syaikh Muhyiddin.<br />

Tapi Al Karmani mengkritiknya dengan mengatakan, bahwa jika<br />

demikian maka isi <strong>hadits</strong> tersebut tidak sesuai dengan judul bab, dan<br />

jawaban Rasulullah kepada Sa'ad tidak bermanfaat. Kritikan ini tidak<br />

dapat diterima, karena kita telah menjelaskan tentang titik temu antara<br />

<strong>hadits</strong> dan judul bab tersebut.<br />

Dalam kisah ini Rasulullah membagi-bagikan hadiah kepada<br />

orang yang baru memeluk Islam (muallaj) untuk menarik hati mereka.<br />

Ketika Rasulullah membagi-bagikan hadiah tersebut, beliau tidak<br />

memberikannya kepada Ja'il yang berasal dari golongan muhajirin. Lalu<br />

FATHUL BAARI — 143

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!