21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mashdar tidak mengindikasikan waktu atau zaman. Hanya saja, beberapa<br />

perawi meriwayatkannya dengan menggunakan bentuk mashdar.<br />

Dalam riwayat Utsman bin Ghayyats lafazhnya adalah, V o' iiCji.<br />

%\ VJ'—\ (Kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah) dan lafazh tersebut<br />

juga dapat ditemukan dalam <strong>hadits</strong> Anas. Hal ini bukan berarti bahwa<br />

dengan menggunakan pola tunggal (singular) dalam berbicara berfungsi<br />

untuk mengkhususkan pembahasan kepada hal tersebut, akan tetapi<br />

maksudnya adalah mengajarkan kepada pendengar tentang hukum agama<br />

yang masuk dalam kategori mukallaf. Hal tersebut telah diterangkan pada<br />

akhir <strong>hadits</strong> tersebut yaitu, "mengajarkan kepada manusia tentang<br />

agama-Nya."<br />

Apabila ada pertanyaan, "Mengapa haji tidak disebutkan?"<br />

Sebagian ulama menjawab, bahwa hal tersebut tidak masuk dalam<br />

kategori fardhu. Jawaban ini tidak dapat diterima berdasarkan apa yang<br />

diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab Al Iman dengan sanadnya<br />

yang menggunakan syarat Muslim dari jalur Sulaiman At-Taimi pada<br />

awal <strong>hadits</strong> Umar, "Datanglah seorang pria pada akhir hayat<br />

Rasulullah" kemudian ia menyebutkan <strong>hadits</strong> tersebut.<br />

Kemungkinan yang dimaksud dengan kalimat "Akhir umur<br />

Rasulullah" adalah setelah beliau menunaikan haji wada', karena ibadah<br />

tersebut merupakan perjalanannya yang terakhir. Kemudian beliau wafat<br />

kurang dari 3 bulan setelah melaksanakannya, seakan-akan <strong>hadits</strong><br />

tersebut datang setelah semua hukum diturunkan dan untuk menyatukan<br />

perkara-perkara agama yang terpisah-pisah dalam satu majelis agar lebih<br />

teratur.<br />

Dari kasus tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa bertanya<br />

kepada orang alim tentang suatu perkara yang telah diketahui, dengan<br />

tujuan agar orang lain mengetahuinya adalah diperbolehkan. Sedangkan<br />

masalah haji telah disebutkan, hanya saja mungkin beberapa perawinya<br />

sengaja tidak menuliskan atau lupa menuliskannya. Argumentasi atas<br />

pendapat tersebut adalah adanya polemik diantara mereka tentang<br />

disebutkannya sebagian amalan tanpa sebagian yang lain, bahkan dalam<br />

riwayat Kahmas dan dalam <strong>hadits</strong> Anas disebutkan, "Dan melaksanakan<br />

ibadah haji jika mampu."<br />

Dalam riwayat Atha' Al Khurasani tidak disebutkan puasa, dan<br />

dalam <strong>hadits</strong> Amir yang disebutkan hanya shalat dan zakat, bahkan dalam<br />

<strong>hadits</strong> Ibnu Abbas yang disebutkan hanyalah syahadatain. Yang<br />

menyebutkan semuanya adalah riwayat Sulaiman At-Taimi, dan dia<br />

menambahkan setelah perkataan £—'^j dengan kalimat ^ J-^j<br />

FATHUL BAARI — 217

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!