21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mengetahui keyakinan mereka, maka Dia memerintahkan kepadanya<br />

untuk melaksanakan shalat dan mereka pun mematuhinya. Adapun jika<br />

mereka tidak mematuhinya, maka ikrar kalimat La Ilaha Illallah itu tidak<br />

berguna."<br />

Kemudian Ibnu Uyainah menyebutkan rukun Islam yang lain dan<br />

berkata, "Setelah Allah mengetahui bahwa mereka menerima dan<br />

melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, maka Allah pun berfirman,<br />

"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu." (Qs. Al<br />

Maaidah (5): 3) Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak melaksanakan<br />

salah satu dari kewajiban tersebut karena malas atau sengaja, maka kita<br />

harus memperingatkannya dan ia termasuk orang yang tidak sempurna<br />

imannya. Sedangkan orang yang tidak melaksanakannya karena<br />

membangkang, maka ia termasuk orang kafir."<br />

Kemudian dalam pembahasan tentang Iman, Abu Ubaid<br />

menjelaskan bahwa sebagian orang yang membangkang mengatakan<br />

bahwa iman tidaklah sama dengan agama, karena agama terdiri dari tiga<br />

bagian; yaitu iman, dan dua bagian lainnya adalah perbuatan.Perbuatan<br />

itu sendiri terdiri dari hal-hal yang wajib dan sunah.<br />

Dalam hal ini Abu Ubaid membantah pernyataan tersebut, karena<br />

bertentangan dengan Al Qur'an sebagaimana firman Allah SWT,<br />

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam" {Qs.<br />

Aali Imraan (3): 19) Hai ini disebabkan karena kata "Islam" jika<br />

disebutkan secara terpisah maka mengandung pengertian iman,<br />

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.<br />

Jika ada pertanyaan, "Mengapa dalam bab ini disebutkan lagi dua<br />

ayat yang telah disebutkan dalam awal pembahasan tentang iman?" Maka<br />

jawabannya adalah, bahwa Imam Bukhari menyebutkan lagi kedua ayat<br />

tersebut dengan maksud agar makna kamal (kesempurnaan) dalam ayat<br />

ketiga dapat dipahami, karena kedua ayat tersebut mengindikasikan<br />

makna ziyadah (penambahan) dan sudah pasti juga menunjukkan makna<br />

naqshun (pengurangan).<br />

Sedangkan kata kamal (kesempurnaan) tidak menunjukkan<br />

makna ziyadah, tetapi hanya menunjukkan makna naqshun. Akan tetapi<br />

karena kamal mengandung makna naqshun, maka kata kamal juga<br />

mengandung makna ziyadah. Oleh karena itu Imam Bukhari berkata,<br />

"Apabila seseorang melakukan sesuatu secara tidak sempurna, maka<br />

berarti imannya telah berkurang." Dari sini beliau menggunakan<br />

ungkapan ^ J -—i (Allah berfirman) sebelum menyebutkan ayat ketiga,<br />

1<br />

sedangkan dalam menyebutkan dua ayat sebelumnya beliau<br />

menggunakan ungkapan Jiijy (firman Allah).<br />

FATHUL BAARI — 189

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!