21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ada kemungkinan bahwa orang yang mengatakan hal tersebut<br />

adalah seorang mukmin dengan memperhatikan bukti atau tanda-tanda<br />

yang ada. Juga ada kemungkinan bahwa perkataannya hanya sampai pada<br />

firman Allah, — ^ (Kemenangan yang besar) sedangkan kalimat<br />

selelahnya adalah firman Allah atau perkataan malaikat yang bukan<br />

merupakan cerita tentang perkataan seorang mukmin. Ketiga<br />

kemungkinan tersebut dapat ditemukan dalam kitab tafsir, dan agaknya<br />

inilah rahasia mengapa pengarang tidak menyebutkan dengan jelas orang<br />

yang mengatakan. Wallahu A jam.<br />

(ditanya), sang penanya tidak disebutkan dalam <strong>hadits</strong> ini. Ia<br />

adalah Abu Dzarr Al Ghifari. Haditsnya dapat dijumpai dalam bab Al<br />

Itqu'.<br />

_fUi j JL^JI Ju ^ JJ (Kemudian apa? Nabi pun menjawab,<br />

"Jihad di jalan Allah.") Dalam sanad milik Al Harits bin Abu Usamah<br />

dari Ibrahim bin Sa'ad disebutkan, ^ Dengan demikian, ketiga hal<br />

tersebut (iman, jihad dan haji) disebutkan dalam bentuk nakirah (kata<br />

benda indefinit) berbeda dengan nash yang disebutkan oleh Imam<br />

Bukhari. Al Karmani berpendapat, bahwa iman dan haji tidak perlu<br />

diulang, tidak seperti jihad yang harus terus dilakukan. Oleh karena itu,<br />

iman dan haji disebutkan dalam bentuk nakirah (indefinit) untuk<br />

menunjukkan arti tunggal, sedangkan jihad disebutkan dalam bentuk<br />

ma 'rifat (definit) untuk menunjukkan arti kesempurnaan. Sebab jika jihad<br />

hanya dilakukan sekali padahal seharusnya dilakukan terus menerus,<br />

maka tidak lagi afdhal (lebih utama).<br />

Pernyataan semacam ini dapat dibantah, karena bentuk nakirah<br />

juga dapat menunjukkan arti ta'zhim yang juga berarti kesempurnaan.<br />

Sedangkan bentuk ma'rifat dapat menunjukkan arti Al 'Ahdu (sesuatu<br />

yang telah diketahui). Dari sini, maka dikotomi (pemisahan) semacam itu<br />

tidak dapat diterima. Saya berpendapat, bahwa penyampaian dalam<br />

bentuk nakirah atau ma 'rifat hanyalah keinginan para perawi saja, karena<br />

sumbernya adalah satu.<br />

j/JS<br />

'7^- (Haji yang mabrur), yang di maksud dengan haji mabrur<br />

adalah haji yang diterima. Sebagian orang berpendapat bahwa haji<br />

mabrur adalah haji yang tidak dicampuri dengan dosa, atau haji yang<br />

tidak mengandung unsur riya\<br />

dengan nomor 2518<br />

FATHUL BAARI — 139

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!