21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

erkata, "Wahai Rasulullah' Kami tobat kepada Allah Yang Maha<br />

Kuasa dan Yang Maha Agung. "<br />

Keterangan Hadits:<br />

Diantara pertanyaan yang ditanyakan oleh orang-orang kepada<br />

Rasulullah, adalah pertanyaan tentang hari kiamat dan yang semacam itu<br />

dari berbagai masalah, seperti akan dibahas pada <strong>hadits</strong> Ibnu Abbas<br />

dalam tafsir Surah Al Maa'idah.<br />

Orang laki-laki tersebut adalah Abdullah bin Hudzafah Al<br />

Qurasy As-Sahmi seperti yang dijelaskan dalam <strong>hadits</strong> Anas. Begitu pula<br />

orang laki-laki yang lain, dia adalah Sa'ad bin Sahm, hamba sahaya<br />

Syaibah bin Rabi'ah, Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah seorang<br />

sahabat berdasarkan perkataan dia sendiri, "Siapakah bapakku, hai<br />

Rasulullah!"<br />

Dalam tafsir Muqatil terdapat kisah yang sama, di situ dijelaskan<br />

bahwa seorang dan Bani Abd Addar berkata. "Siapakah bapakku'!" Nabi<br />

menjawab, "Sa 'ad" dimana beliau menisbatkannya kepada selain<br />

bapaknya, berbeda dengan Ibnu Hud/afah. Dalam tafsir Surat Al<br />

Maa'idah akan dijelaskan lebih lanjut tentang hal ini.<br />

y J-, V .I! 1 , J\ „ i<br />

(Aku bertaubat kepada Allah) atau bertaubat<br />

dari hal-hal yang membuat engkau murka. Dalam <strong>hadits</strong> Anas dijelaskan<br />

bahwa Umar bin Khaththab bersimpuh di hadapan Nabi dan mengatakan,<br />

"Kami rela Allah sebagai Tuhan kami. Islam sebagai agama kami, dan<br />

Muhammad adalah Nabi kami.'" Untuk memadukan kedua lafazh <strong>hadits</strong><br />

ini, bahwa semua itu diucapkan oleh Rasulullah, kemudian para sahabat<br />

meriwayatkan semua yang mereka hafal. Hal itu terbukti, keduanya (Abu<br />

Musa dan Ana.s) sama-sama menyampaikan kisah Abdullah bin<br />

Hudzafah.<br />

Catatan:<br />

Penulis membatasi bentuk kemarahan hanya sebatas untuk memberi<br />

nasihat dan pengajaran, dan tidak dalam aspek hukum, karena seorang<br />

pemegang otoritas hukum tidak diperkenankan memutuskan sesuatu<br />

ketika dia lagi marah. Perbedaannya, bahwa orang yang memberi nasihat<br />

boleh menampakkan sikap marah, karena dia sebagai orang yang<br />

memberi peringatan. Begitu juga seorang guru, jika dia mencela<br />

kesalahan murid yang belajar kepadanya. Karena terkadang hal itu<br />

terpaksa dia lakukan agar si murid dapat menerima kebenaran darinya,<br />

akan tetapi hal itu harus disesuaikan dengan keadaan psikologi masingmasing<br />

murid.<br />

FATHUL BAARI — 361

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!