21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ada kemungkinan bahwa dua lafazh<br />

tersebut J»*- > (menasihati)<br />

dan 'itaab ^—»(mencela) disebutkan secara bersamaan dalam satu<br />

<strong>hadits</strong>, akan tetapi sebagian periwayat ada yang menyebutkan dan ada<br />

yang tidak. Hal tersebut dilakukan dengan keyakinan bahwa saiah satu<br />

dari kedua lafazh tersebut dapat mewakili lafazh yang lain.<br />

^—• termasuk "Fa" sababiyah"<br />

(yang mengindikasikan sebab)<br />

artinya seakan-akan pria tersebut sangat pemalu sampai tidak ingin<br />

meminta haknya. Karena itulah ia dicela oleh saudaranya. Rasulullah<br />

bersabda kepadanya, '•—«o artinya, biarkan dia tetap berada dalam akhlak<br />

yang disunnahkan itu, karena malu adalah sebagian daripada iman. Jika<br />

sifat malu menghalangi seseorang untuk menuntut haknya, maka dia akan<br />

diberi pahala sesuai dengan hak yang ditinggalkannya itu. Ibnu Qutaibah<br />

berkata, "Maksudnya, bahwa sifat malu dapat menghalangi dan<br />

menghindarkan seseorang untuk melakukan kemaksiatan sebagaimana<br />

iman. Maka sifat malu disebut sebagai iman, seperti sesuatu dapat diberi<br />

nama dengan nama lainnya yang dapat menggantikan posisinya."<br />

Untuk itu, pernyataan bahwa sifat malu merupakan sebagian dari<br />

iman termasuk majaz (kiasan). Dalam <strong>hadits</strong> tersebut, tampaknya orang<br />

yang melarang itu tidak mengetahui bahwa malu termasuk salah satu<br />

kesempurnaan iman, sehingga setelah itu ditegaskan kembali eksistensi<br />

dari sifat malu tersebut. Penegasan itu juga disebabkan karena masalah<br />

itu adalah masalah yang harus diperhatikan, meskipun tidak ada yang<br />

mengingkarinya.<br />

Ar-Raghib berkata, "Malu adalah menahan diri dari perbuatan<br />

buruk." Sifat tersebut merupakan salah satu ciri khusus manusia yang<br />

dapat mencegah dari perbuatan yang memalukan dan membedakannya<br />

dengan binatang. Sifat tersebut merupakan gabungan dari sifat takut dan<br />

iffah (menjaga kesucian diri). Oleh karena itu orang yang malu bukan<br />

orang yang fasik, meskipun jarang sekali kita temukan seorang<br />

pemberani yang pemalu. Terkadang sifat malu juga berarti menahan diri<br />

secara mutlak.<br />

Ada pula yang berpendapat bahwa kata tersebut berarti menahan<br />

diri, karena takut melakukan sesuatu yang dibenci oleh syariat, akal<br />

maupun adat kebiasaan. Orang yang melakukan sesuatu yang dibenci<br />

syariat, maka ia termasuk orang yang fasik. Jika ia melakukan hal yang<br />

dibenci oleh akal, maka ia termasuk dalam kategori orang gila.<br />

Sedangkan jika ia melakukan hal yang dibenci oleh adat, maka dia<br />

130 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!