21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

penting bagi kaum muslimin. Prinsip tersebut merupakan rangkuman dari<br />

seluruh perkataan Rasulullah.<br />

Jika Ahlu Tahqiiq mensunahkan kita untuk menghadiri majelis para<br />

ulama karena hal itu dapat mencegah kita untuk melakukan sesuatu yang<br />

kurang sopan karena rasa hormat dan malu kita kepada mereka, lalu<br />

bagaimana dengan orang yang selalu merasakan kehadiran Allah pada<br />

segala perbuatannya baik yang tersembunyi maupun yang terangterangan?<br />

Prinsip ini telah dikomentari sebelumnya oleh Qadhi Iyadh dan<br />

insya Allah akan kita bahas lebih lanjut dalam tafsir Luqman.<br />

Perhatian:<br />

Konteks <strong>hadits</strong> tersebut mengindikasikan bahwa melihat Allah di<br />

dunia dengan mata telanjang tidak mungkin terjadi. Sedangkan<br />

penglihatan Nabi, adalah karena adanya dalil yang menjelaskan tentang<br />

hal itu. Imam Muslim menerangkan hal tersebut dalam riwayatnya dari<br />

Abu Umamah, bahwa Rasulullah bersabda, "Kalian tidak akan melihat<br />

Tuhan kalian hingga kalian meninggal dunia"<br />

Beberapa orang sufi yang berlebihan menakwilkan <strong>hadits</strong> tersebut<br />

tanpa ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sandaran akan<br />

kebenarannya, mereka berkata, "Dalam <strong>hadits</strong> tersebut terdapat isyarat<br />

kepada maqam mahwi dan fana. Maka pengertiannya, jika kamu tidak<br />

dapat menjadi sesuatu dan kamu telah fana dari dirimu atau seakan-akan<br />

kamu tidak ada, maka pada saat itu kamu akan melihat-Nya."<br />

Pengertian seperti itu menunjukkan bahwa mereka tidak menguasai<br />

bahasa Arab. Takwil mereka dapat dibantah oleh riwayat Kahmas dan<br />

Sulaiman At-Taimi yang berbunyi, "Fainnaka In Laa Taraahu Fainnahu<br />

Yaraaka" (kalaupun kamu tidak melihatnya, maka Dia selalu melihatmu).<br />

Dalam riwayat Abu Farwah, "Jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia<br />

melihatmu," dan yang serupa lafazhnya ditemukan dalam <strong>hadits</strong> Anas<br />

dan Ibnu Abbas. Semua ini membantah takwil tersebut. Wallahu 'Alam.<br />

Catatan:<br />

Imam Muslim menambahkan dalam riwayat Umarah bin Qa'qa'<br />

dengan kata "Shadaqta" (engkau benar) setelah Nabi menyebutkan ketiga<br />

jawaban yang ditanyakan. Abu Farwah dalam riwayatnya menambahkan<br />

kalimat, "Ketika kami mendengar perkataan 'Engkau benar' dari orang<br />

tersebut, kami pun membantahnya." Sedangkan riwayat Kahmas<br />

menyebutkan, "Maka kami pun terheran-heran dengan kelakuannya<br />

yang bertanya sekaligus membenarkan."<br />

Dalam riwayat Al Mathar, "Lihatlah kepadanya bagaimana ia<br />

bertanya dan membenarkan jawaban Rasul." Dalam <strong>hadits</strong> Anas,<br />

FATHUL BAARI — 219

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!