21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

akan mengetahui jawabannya dengan pasti. Anehnya orang yang<br />

mengkritik lalai, sehingga mereka menyangkal dari seorang yang<br />

mengkritisi bahwa dia lupa akan kandungan yang terdapat dalam<br />

judulnya dan dia menyangkalnya seolah-seolah hal itu tidak disebutkan<br />

dalam kitab ini.<br />

—- (Dengan satu timba). Imam Bukhari mempunyai lafazh<br />

lain dalam bab "Ar-Riqaaq" dari riwayat Ma'mar, yaitu ^ LJii* >J 'j*<br />

\—(dengan timba yang ada di rumah mereka). Demikian pula dalam<br />

riwayat<br />

lain dalam bab "Thaharah" dan "Shalat" dan lainnya , Bukhari<br />

menyebutkan lafazh \- sebagai pengganti V Kedua hal ini dapat<br />

dipadukan, karena air diambil dari dalam sumur dengan menggunakan<br />

timba dan Nabi mengambilnya dan dalam timba tersebut.<br />

Dalam <strong>hadits</strong> ini ada faidah yang belum disebutkan, yaitu<br />

diperbolehkannya membawa anak kecil dalam majelis pengajian dan<br />

diperbolehkan bagi seorang imam mengunjungi rumah para sahabatnya<br />

serta bercanda dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Sebagian<br />

mereka berpendapat, bahwa <strong>hadits</strong> ini menunjukkan tasmi' (hal<br />

mendengarkan) anak yang berumur lima tahun dalam suatu majelis,<br />

sedangkan anak yang di bawah lima tahun hanya dikatakan hadir (dalam<br />

majelis itu) dan tidak dapat dikatakan mendengar.<br />

Akan tetapi pengertian seperti ini tidak terdapat dalam <strong>hadits</strong> ini<br />

dan juga <strong>hadits</strong> shahih Bukhari yang lainnya, bahkan menurut Bukhari<br />

yang menjadi pijakan dalam hal ini adalah pemahaman. Oleh karena itu.<br />

barangsiapa yang memahami objek pembicaraan berarti dia mendengar,<br />

meskipun dia anak yang herumur dt bawah lima tahun. Tapi jika dia tidak<br />

memahami, maka kita tidak dapat mengatakan bahwa dia telah<br />

mendengar.<br />

Ibnu Rasyid mengatakan, "Secara zhahir mereka ingin membatasi<br />

umur lima tahun tersebut, karena diperkirakan pada usia itu anak bisa<br />

mendengar dengan baik. Ini bukan berarti bahwa umur lima tahun<br />

merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi."<br />

Pendapat yang mirip dengan pendapat Ibnu Rasyid adalah<br />

pembatasan yang dilakukan oleh para ulama fikih yang menyatakan<br />

bahwa umur tamyiz (yang sudah bisa membedakan mana yang benar dan<br />

yang salah) adalah umur 6 atau 7 tahun.<br />

Diantara pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang<br />

menyatakan bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah pemahaman,<br />

maka akan ada perbedaan antara satu orang dengan yang lainnya,<br />

sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Khatib dari jalur Abu Ashim.<br />

FATHUL BAARI — 331

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!