21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keterangan Hadits:<br />

Bab ini sengaja dibuat sebagai bantahan khusus terhadap aliran<br />

Murji'ah walaupun banyak dari bab-bab sebelumnya yang mengandung<br />

bantahan terhadap mereka, akan tetapi bantahan tersebut selalu berkaitan<br />

dengan bantahan terhadap selain mereka seperti ahli bid'ah, berbeda<br />

dengan <strong>hadits</strong> ini.<br />

Kata Al Murji'ah berasal dari kata irja' yang berarti menunda<br />

atau mengakhirkan. Hal tersebut dikarenakan mereka mengakhirkan amal<br />

daripada iman. Mereka berkata, "Iman adalah keyakinan dalam hati saja<br />

dan tidak harus diucapkan." Seseorang yang berbuat maksiat tetap dalam<br />

kondisi sempurna imannya, karena mereka beranggapan bahwa perbuatan<br />

dosa sama sekali tidak merusak keimanan seseorang. Pertanyaan ini<br />

sangat populer dalam kitab-kitab akidah.<br />

Hubungan tema ini dengan sebelumnya tentang mengantarkan<br />

jenazah, adalah momen untuk memperhatikan atau menyatukan dua<br />

perkara. Konteks <strong>hadits</strong> tersebut mengindikasikan bahwa ganjaran yang<br />

dijanjikan akan didapat dengan mengerjakan hal tersebut dengan penuh<br />

keikhlasan dan hanya mengharapkan ridha Allah semata, oleh karena<br />

Imam Bukhari menyambungnya dengan apa yang mengisyaratkan bahwa<br />

bisa saja terpampang di hadapan seseorang apa yang dapat menghalangi<br />

niat tulusnya, sehingga dia tidak mendapatkan pahala tanpa merasakan<br />

hal tersebut.<br />

Maksud "Amalnya akan hilang" adalah tidak mendapatkan<br />

pahala dari amalan yang dikerjakannya, karena pahala akan didapatkan<br />

hanya dengan keikhlasan semata. Pernyataan ini menguatkan pendapat<br />

aliran Al Ihbathiyah yang mengatakan, "Kejelekan akan membatalkan<br />

kebaikan."<br />

Al Qadhi Abu Bakar bin Arabi membantah dan mengatakan,<br />

bahwa pembatalan terbagi menjadi dua. Pertama, membatalkan sesuatu<br />

dengan sesuatu yang lain dan membuang seluruhnya seperti batalnya<br />

keimanan karena kekafiran dan sebaliknya. Kedua, pembatalan dengan<br />

cara menimbang yaitu menjadikan yang jelek di timbangan kiri dan yang<br />

baik di timbangan kanan. Barangsiapa yang kuat kebaikannya, maka dia<br />

akan sukses. Sedangkan yang kuat kejelekannya, maka dia akan berhenti<br />

pada kehendak Allah; bisa jadi diampuni atau diadzab.<br />

Kata berhenti bisa berarti berhenti dalam hal yang bermanfaat<br />

saat memerlukannya. Ini merupakan pembatalan, sedangkan berhenti<br />

dalam hal yang disiksa juga merupakan pembatalan yang lebih kuat<br />

untuk keluar dari neraka. Pada kedua pembatalan relatif ini dipakai istilah<br />

"ihbath" secara kiasan, bukan arti yang sebenarnya; karena kalau<br />

seseorang telah keluar dari neraka dan masuk ke surga, maka pahala dari<br />

202 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!