21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Rasulullah pun bersabda, "Apabila amanat telah disia-siakan, maka<br />

waspadalah akan datangnya kiamat." Orang tersebut kembali bertanya,<br />

"Bagaimanakah cara disia-siakannya amanah?" Rasulullah SAW<br />

menjawab, "Apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada<br />

orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah akan datangnya kiamat"<br />

Keterangan Hadits:<br />

Inti kandungan <strong>hadits</strong> ini adalah peringatan akan etika seorang<br />

pengajar dan penuntut ilmu, yaitu peringatan bagi orang yang alim agar<br />

tidak mengindahkan pertanyaan orang yang bertanya di saat ia sedang<br />

berbicara, namun hendaknya ia menyempurnakan pembicaraannya dan<br />

baru setelah itu menjawab apa yang ditanyakan dengan lemah lembut.<br />

Hal itu karena mereka berasal dari Badui (orang-orang pedalaman) yang<br />

kasar. Hadits ini juga mengandung anjuran untuk menjawab pertanyaan,<br />

walaupun pertanyaan tersebut tidak terfokus kepada satu masalah.<br />

Sedangkan bagi orang yang belajar hendaknya tidak menanyakan<br />

kepada orang alim yang sedang sibuk berbicara dengan orang lain, karena<br />

hak orang pertama lebih utama untuk dipenuhi. Kesimpulan dari <strong>hadits</strong><br />

ini, adalah anjuran mengambil ilmu atau belajar kepada orang yang lebih<br />

senior dan menanyakan sesuatu yang belum dipahami kepada orang yang<br />

lebih mengetahui, sehingga menjadi jelas apa yang belum dipahami,<br />

berdasarkan ucapannya, "Bagaimana cara disia-siakannya amanat?"<br />

Berdasarkan <strong>hadits</strong> tersebut Ibnu Hibban membuat judul, "Boleh<br />

Menunda Jawaban Sebuah Pertanyaan." Hanya saja maksud konteks<br />

cerita tersebut bukan menunjukkan hal itu secara mutlak, namun yang<br />

diisyaratkan oleh <strong>hadits</strong> tersebut adalah bahwa ilmu itu dapat diperoleh<br />

dengan tanya jawab. Untuk itu ada sebuah pepatah yang mengatakan,<br />

"Pertanyaan yang baik adalah setengah dari ilmu".<br />

Zhahir <strong>hadits</strong> ini dijadikan dalil oleh Imam Malik, Ahmad dan<br />

lainnya dalam masalah khutbah. Mereka berpendapat, "Tidak<br />

diperkenankan memotong khutbah untuk menjawab pertanyaan, tetapi<br />

pertanyaan tersebut akan dijawab sesudah khutbah." Sedangkan<br />

mayoritas ulama membedakan, apakah pertanyaan tersebut disampaikan<br />

pada saat ia melaksanakan kewajiban, sehingga dia tidak wajib<br />

menjawabnya; atau di luar kewajiban, sehingga dia harus menjawab.<br />

Dalam kondisi seperti itu, hendaknya seorang khatib bisa<br />

membedakan pertanyaan yang diajukan kepadanya. Jika pertanyaan<br />

tersebut berkenaan dengan masalah agama, maka orang yang berkhutbah<br />

dianjurkan untuk menjawabnya terlebih dahulu dan menyempurnakan<br />

khutbahnya. Akan tetapi jika pertanyaan tersebut tidak berhubungan<br />

dengan masalah agama, maka dianjurkan untuk menunda jawabannya.<br />

FATHUL BAARI — 265

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!