21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hal ini dapat membantah pendapat yang mengatakan bahwa ayat<br />

"Kusempurnakan untukmu agamamu" tidak dapat dijadikan dalil bagi<br />

pernyataan Imam Bukhari yang terdapat dalam judul bab, karena kata<br />

ikmaai (menyempurnakan) jika maksudnya adalah kemenangan kaum<br />

muslimin atas para pembangkang atau kaum musyrikin, maka ayat<br />

tersebut tidak dapat dijadikan dalil bagi Imam Bukhari. Jika maksudnya<br />

adalah kesempurnaan dalam melaksanakan kewajiban, maka berarti<br />

sebelum turunnya ayat itu seseorang masih dalam kekurangan, sehingga<br />

para sahabat yang meninggal sebelum turunnya ayat tersebut berarti<br />

imannya tidak sempurna. Padahal kenyataannya tidak demikian, karena<br />

iman mereka masih tetap sempurna.<br />

Mengenai hal ini, Al Qadhi Abu Bakar bin Al Arabi menjelaskan,<br />

bahwa kekurangan dalam agama adalah relatif, yaitu ada yang dapat<br />

menyebabkan dosa dan ada yang tidak. Yang dapat menyebabkan dosa<br />

adalah kekurangan yang dilakukan dengan sengaja seperti orang yang<br />

mengetahui kewajiban agama, akan tetapi ia meninggalkannya secara<br />

sengaja. Sedangkan yang tidak menyebabkan dosa adalah kekurangan<br />

yang tidak sengaja, seperti orang yang tidak mengetahui kewajiban<br />

agama atau belum dikenakan kewajiban.<br />

Yang terakhir ini tidak dicela, bahkan dipuji karena jika<br />

diberitahu maka dia akan menerima dan mengerjakan. Inilah kondisi para<br />

sahabat yang meninggal sebelum turunnya ayat ini.<br />

Kesimpulannya, kekurangan bagi mereka hanya bersifat formal<br />

atau imajinasi relatif Adapun dari segi makna, mereka memiliki tingkat<br />

kesempurnaan. Ini adalah rujukan bagi yang berpendapat bahwa syariat<br />

Muhammad lebih sempurna dari syariat Musa dan Isa, karena mencakup<br />

hukum yang tidak terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya. Dengan ini<br />

maka syariat Musa pada masanya telah sempurna kemudian direvisi pada<br />

syariat Isa, oleh karena itu kesempurnaan adalah perkara yang relatif<br />

sebagaimana yang diterangkan.<br />

J_Ui Vj •—i; 'i' Jii 'j* (Orang yang mengucapkan La Ilaha<br />

Illallah).<br />

Kalimat ini mengisyaratkan, bahwa mengucapkan La Ilaha Illallah<br />

merupakan syarat iman. Dapat juga dipahami bahwa kata "Qaul"<br />

(perkataan) maksudnya adalah Qaul An-Nafsi (perkataan jiwa), sehingga<br />

maksud kalimat tersebut adalah "Barangsiapa yang mengikrarkan tauhid<br />

dan meyakininya...". Dengan demikian mengikrarkan tauhid merupakan<br />

kewajiban, sehingga kalimat tersebut diulang-ulang dalam <strong>hadits</strong> ini.<br />

Jika ada pertanyaan, "Mengapa risalah tidak disebutkan dalam<br />

<strong>hadits</strong> ini?" Maka jawabannya adalah, karena kalimat tersebut telah<br />

mencakup keseluruhan dan dapat mewakili yang lain; seperti halnya jika<br />

190 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!