21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

yang lain telah dibahas pada bab lain. Sanad <strong>hadits</strong> ini terdiri dari orangorang<br />

Madinah.<br />

i<br />

(Seorang laki-laki datang). Kemudian Abu Dzarr<br />

menambahkan lafazh J—Jif 'j* (Dari penduduk Najd), demikian pula<br />

riwayat Abu Dzarr dalam Muwaththa'<br />

dan Muslim.<br />

1' I (Dengan kepala penuh debu). Maksudnya adalah<br />

rambutnya kusut dan tidak teratur. Hadits ini mengisyaratkan bahwa ia<br />

berasal dari daerah yang jauh. Penggunaan kata ra 'sun (kepala) dengan<br />

arti rambut adalah untuk penekanan, karena rambut tumbuh di kepala.<br />

- -<br />

Menurut Al Khaththabi, ^p adalah suara yang keras dan diulangulang,<br />

tetapi tidak dapat dipahami karena berasal dari tempat yang jauh.<br />

Ibnu Baththal dan yang lainnya berpendapat bahwa orang tersebut<br />

adalah Dhammam bin Tsa'labah, seorang utusan bani Sa'ad bin Bakar<br />

sebagaimana diceritakan oleh Imam Muslim setelah menyebutkan <strong>hadits</strong><br />

Thalhah, karena dalam kedua riwayat tersebut dijelaskan bahwa ia adalah<br />

seorang Badui yang berkata, "Aku tidak akan menambah dan<br />

menguranginya."<br />

Akan tetapi Imam Qurthubi membantah pendapat itu, karena<br />

konteks kedua <strong>hadits</strong> tersebut berbeda, begitu juga pertanyaan yang<br />

diajukan pun berbeda. Beliau berkata, "Pendapat yang mengatakan<br />

bahwa kedua <strong>hadits</strong> tersebut adalah sama sangatlah berlebihan." Wallahu<br />

'Alam. Pendapat ini dikuatkan oleh sebagian pakar, karena Ibnu Sa'ad<br />

dan Ibnu Abdul Barr tidak menyebutkan Dhammam kecuali pada awal<br />

kisah dan hal ini tidak lazim.<br />

'j* iJL» (Kemudian ia menanyakan perihal Islam),<br />

maksudnya adalah tentang syariat Islam atau tentang hakikat Islam.<br />

Dalam <strong>hadits</strong> ini tidak disebutkan dua kalimat syahadat, karena<br />

Rasulullah SAW telah mengetahui bahwa orang tersebut mengetahuinya<br />

atau ia hanya bertanya tentang syariat fi'liyah (Ajaran syariat yang<br />

bersifat amalan); dan ada kemungkinan bahwa Rasulullah telah<br />

menyebutkannya, tetapi tidak dinukilkan oleh para perawi karena hal<br />

tersebut sudah masyhur.<br />

Adapun tidak disebutkannya haji, dalam <strong>hadits</strong> tersebut disebabkan<br />

karena haji belum disyariatkan pada waktu itu, atau karena perawi<br />

meringkas <strong>hadits</strong> tersebut. Kemungkinan kedua, ini diperkuat oleh <strong>hadits</strong><br />

yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam bab "Shiyam" (puasa) dari jalur<br />

Ismail bin Ja'far dari Abu Suhail yang menjelaskan bahwa Rasulullah<br />

SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat Islam dan<br />

FATHUL BAARI — 195

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!