21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kepada Allah. Seandainya beliau mempunyai niat mencari dunia atau<br />

maksud-maksud yang lain, maka hanya itu yang akan beliau dapatkan."<br />

Kesimpulannya, bahwa kalimat pertama yang dihilangkan<br />

menggambarkan ketulusan niatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah,<br />

sedangkan kalimat yang tidak dihilangkan mencerminkan adanya tarik<br />

menarik antara ketulusan niat dan tidak. Maka ketika Imam Bukhari ingin<br />

menggambarkan apa yang ada dalam jiwanya dengan menyebutkan<br />

<strong>hadits</strong> ini, beliau menghilangkan makna <strong>hadits</strong> yang menunjukkan<br />

ketulusan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan beliau menulis<br />

bagian <strong>hadits</strong> yang menggambarkan adanya tarik menarik antara<br />

ketulusan niat dan tidak. Beliau menyerahkan segalanya kepada Allah<br />

untuk memberi balasan niatnya. Disarnping itu sudah menjadi kebiasaan<br />

para pengarang kitab untuk mengumpulkan istilah madzhab yang<br />

dianutnya dalam isi khutbah kitab, maka imam Bukhari berpendapat,<br />

bahwa meringkas sebuah <strong>hadits</strong> dan meriwayatkan dengan maknanya,<br />

mendahulukan yang samar daripada yang jelas, dan menguatkan isnad<br />

dengan shighah (bentuk) sama' (mendengar) daripada yang lainnya<br />

adalah diperbolehkan, sebagaimana yang kita lihat dalam periwayatan<br />

<strong>hadits</strong> ini baik dari segi sanad maupun matannya.<br />

Dalam riwayat Hammad bin Zaid pada bab Hijrah kalimat,<br />

*^ -J\ ^V 5 ** 'J*» diletakkan sesudah kalimat £> ,J\ '^J 1^<br />

44-4 hal itu dimungkinkan, karena riwayat Humaidi sampai kepada Imam<br />

Bukhari seperti konteks <strong>hadits</strong> di atas, yaitu dihilangkan bagian akhirnya,<br />

sebagaimana dilakukan oleh orang yang sering meringkas <strong>hadits</strong>. Dengan<br />

demikian tidak bisa dikatakan bahwa Imam Bukhari membolehkan<br />

meringkas <strong>hadits</strong> secara sembarangan walaupun untuk dirinya sendiri.<br />

Inilah pendapat yang paling kuat. Wallahu a lam.<br />

Imam Al Karmani mempunyai pandangan lain dalam hal ini,<br />

"Seandainya Bukhari meriwayatkan <strong>hadits</strong> secara lengkap, kenapa beliau<br />

meringkasnya di awal kitab, sedangkan hukum boleh tidaknya meringkas<br />

<strong>hadits</strong> masih diperselisihkan? Tidak mungkin Bukhari menghilangkan<br />

sebagian isi <strong>hadits</strong>, karena konteks pembahasannya berbeda. Mungkin<br />

saja ketika menjelaskan "iman itu harus didasari dengan niat dan<br />

keyakinan hati" beliau mendengar riwayat <strong>hadits</strong> ini secara lengkap,<br />

sedangkan ketika meriwayatkan "setiap amal perbuatan itu tergantung<br />

niatnya" beliau hanya mendengar seperti yang diriwayatkan di atas.<br />

Dengan demikian hilangnya sebagian kalimat <strong>hadits</strong> berasal dari sebagian<br />

FATHUL BAARI — 25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!