21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menggunakan kata ganti jU» (mereka) untuk menyatakan tiga orang atau<br />

lebih (jama').<br />

i—li jJ^i ji (Mereka mengangkut keduanya). Tafsirannya seperti<br />

tafiran kata jC_iJJ. Ada kemungkinan bahwa Yusya' tidak ikut bersama<br />

mereka, karena setelah ini tidak ada kalimat yang menunjukkannya.<br />

j j—iU* j—(Kemudian datanglah seekor burung). Ada yang<br />

mengatakan itu sejenis burung. Dalam kitab Rihlah milik Al Khatib<br />

disebutkan, bahwa itu adalah burung layang-layang yang suka<br />

menyambar mangsanya.<br />

O? '^Jj An-Naqshu (kekurangan) di sini bukan<br />

dalam arti yang sebenarnya, karena pengetahuan Allah tidak akan<br />

berkurang. Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah "belum<br />

diambil", dan keterangan ini lebih baik. Sehingga perumpamaannya<br />

dikembalikan kepada yang mengambil, bukan kepada sumber. Yang<br />

lebih utama adalah menakwilkan bahwa yang dimaksud dengan kata ^<br />

adalah ^jii' (Yang diketahui), berdasarkan terdapatnya huruf lab 'idh (J?)<br />

(untuk menyatakan sebagian). Karena ilmu adalah sifat qadim (azali)<br />

yang melekat pada dzat Allah Subhanahu W ala 'ala yang tidak terbagibagi,<br />

maka yang dapat dibagi-bagi adalah yang "diketahui" dari-Nya.<br />

Ismaili mengatakan, bahwa maksudnya adalah burung-burung<br />

yang minum di laut tidak mengurangi air laut.<br />

Kesimpulannya, bahwa kata Ja-L: 1<br />

(kurang) yang dimaksud adalah<br />

untuk mubalaghah (untuk melebih-lebihkan dari sebenarnya). Ada yang<br />

mengatakan, bahkan kata illaa di sini mempunyai makna walau (dan<br />

tidak), atau dan tidak seperti paruh burung ini. Al Qurthubi mengatakan,<br />

"Orang yang menggunakan lafazh ini dengan maksud mengagungkan<br />

adalah termasuk sikap yang berlebihan, karena ilmu Allah tidak akan<br />

berkurang, begitu juga ilmu pengetahuan tidak mempunyai batas akhir."<br />

Riwayat Ibnu Juraij menggunakan lafazh yang lebih baik<br />

daripada lafazh ini dan jauh dari kejanggalan. Dia berkata, iuie-j ^Jj^ i*<br />

j—^3 ^—> jj-iLiii ix» M~' CS -i.' ^s-<br />

j , (}lmu aku dan kamu di sisi ilmu<br />

Allah hanya seperti yang diambil oleh burung ini dengan paruhnya dari<br />

laut). Riwayat ini sebagai penafsiran lafazh yang ada. Pelajaran yang<br />

dapat kita ambil dari kisah Musa dan Khidhir adalah, Aliah bebas berbuat<br />

apa saja dengan kekuasaan-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-<br />

422 — FATHUL BAARI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!