21.11.2014 Views

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

fathul-baari-1-syarah-hadits-bukhari

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) yang akan ditemukan dalam kitab<br />

ahkam, tidak ditemukan penambahan tersebut.<br />

Hadits tersebut berasal dari jalur Yahya bin Sa'id Al Anshari dari<br />

Ubadah bin Walid. Faktanya adalah baiat harb (perang) terjadi setelah<br />

baiat Aqabah, karena peperangan dalam Islam disyariatkan setelah<br />

hijrah. Dengan demikian riwayat Ibnu Ishaq dapat ditakwilkan dengan<br />

merujuk apa yang disebutkan tadi. Riwayat tersebut mencakup 3 baiat,<br />

yaitu baiat Aqabah yang telah disebutkan dengan jelas dalam riwayat<br />

Ubadah yang diriwayatkan oleh Ahmad yang terjadi sebelum<br />

diwajibkannya peperangan.<br />

Yang kedua adalah baiat harb yang akan dijumpai dalam kitab<br />

jihad yaitu berjanji untuk tidak akan lari dari peperangan. Yang ketiga<br />

baiat nisa' (para wanita) atau yang seperti baiat nisa'. Yang benar bahwa<br />

penjelasan tentang hal tersebut merupakan kesalahan dari beberapa<br />

perawi. Wallahu A 'lam.<br />

Penjelasan yang terdapat dalam riwayat Ibnu Ishaq dari Ubadah<br />

bahwa baiat Aqabah seperti baiat nisa' dapat dibantah, karena telah<br />

disepakati bahwa baiat tersebut terjadi sebelum turunnya ayat (nisa')- Hal<br />

yang semisal juga ditemukan dalam Shahihain dari jalur Ash-Shanabahi<br />

dari Ubadah yang berkata, "Aku adalah salah seorang utusan yang<br />

membaiat Rasulullah." Kemudian dia berkata, "Kami baiat Rasulullah<br />

untuk tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun."<br />

Jelaslah bahwa <strong>hadits</strong> ini merupakan penggabungan dari dua baiat<br />

di atas, hanya saja maksudnya sebagaimana yang saya sebutkan yaitu,<br />

"Aku adalah salah seorang utusan yang membaiat -pada malam<br />

Aqabah- untuk melindungi dan mendukung beliau,'''' serta yang berkaitan<br />

dengan perkataan tersebut. Kemudian dia berkata *i ZJL' (kami<br />

membaiatnya), maksudnya pada lain waktu. Hal tersebut diisyaratkan<br />

oleh penggunaan "waw athifah" dalam kalimatnya, JL»j (Dan dia<br />

berkata, "kami bai'at beliau...").<br />

Hendaknya anda mengembalikan riwayat yang mengindikasikan<br />

bahwa baiat tersebut terjadi pada malam Aqabah kepada ta'wil ini,<br />

karena kita tidak menemukan adanya pertentangan antara kedua <strong>hadits</strong> di<br />

atas, yaitu <strong>hadits</strong> Abu Hurairah dan <strong>hadits</strong> Ubadah bin Shamit. Dengan<br />

demikian tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa hudud memiliki<br />

kafarah. Yang patut untuk diketahui, Ubadah bin Shamit bukan satusatunya<br />

yang meriwayatkan makna tersebut, akan tetapi Ali bin Abi<br />

Thalib pun meriwayatkannya dalam riwayat At-Tirmidzi dan dishahihkan<br />

FATHUL BAARI — 115

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!