15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

penguasaan diri yang demikian itu, menambah kekuatan kepadanya. Sikap seperti itu tidak<br />

diharapkan dari seorang yang tegas dan tak mengenal kompromi. Sikap ini menyanggupkannya<br />

selanjutnya memberikan jawaban dengan bijaksana, tegas, berakal budi dan berwibawa,<br />

sehingga mengejutkan dan mengecewakan musuh musuhnya, dan menempelak kekurang ajaran<br />

dan kesombongan mereka.<br />

Hari berikutnya ia harus menghadap kembali untuk memberikan jawabannya yang terakhir.<br />

Untuk sementara hatinya remuk pada waktu ia merenungkan kekuatan kekuatan yang bersatu<br />

melawan kebenaran. Imannya goyah, ketakutan dan kegentaran menimpanya, dan kengerian<br />

menyelimutinya. Bahaya berlipat ganda dihadapannya. Musuh musuhnya tampaknya akan<br />

menang, dan kuasa kegelapan merajalela. Awan menutupinya, dan tampaknya memisahkan<br />

dirinya dari Allah. Ia sangat rindu jaminan kepastian bahwa Allah yang mahakuasa akan<br />

menyertainya. Dalam penderitaan jiwanya, ia tersungkur ketanah dan mencurahkan jeritan<br />

hatinya yang hancur, yang tak seorangpun mengerti dengan sesungguhnya selain Allah.<br />

"O, Allah yang kekal dan mahakuasa," ia memohon, "betapa mengerikan dunia ini! Lihatlah,<br />

ia membuka mulutnya untuk menelan aku, dan aku tidak berharap sepenuhnya kepada Mu . . . .<br />

Jikalau hanya pada kuasa dunia ini aku menaruh harap, berarti segalanya sudah selesai . . . .<br />

Saatku sudah tiba, hukumanku sudah diumumkan . . . . O, Allahku, tolonglah aku melawan<br />

semua kebijaksanaan dunia ini. Tolongah Tuhan, . . . Engkau sendiri; karena ini bukan<br />

pekerjaanku, tetapi pekerjaan Mu. Tidak ada urusanku disini, tidak ada yang diperdebatkan<br />

dengan pembesar pembesar dunia ini . . . . Tetapi ini adalah urusan Mu, . . . urusan kebenaran<br />

dan kekekalan. O, Tuhan, tolonglah aku! Allah yang setia dan yang tidak berubah, aku tidak<br />

bisa menaruh harap kepada seorang manusiapun . . . . Segala yang dari manusia tidak ada<br />

kepastian. Segala yang datang dari manusia adalah kegagalan . . . . Engkau telah memilih aku<br />

untuk pekerjaan ini . . . . Berdirilah disampingku demi Anak Mu yang kekasih, Yesus Kristus,<br />

yang menjadi pertahananku, perisaiku dan bentengku yang kuat." Idem, b. 7, Ch. 8.<br />

Allah, Pemelihara yang maha bijaksana, telah mengizinkan Luther menyadari bahaya yang<br />

mengancamnya, agar supaya ia tidak menaruh harap kepada kekuatannya sendiri, dan takabur<br />

masuk kedalam bahaya. Namun bukan ketakutan penderitaan diri sendiri, ketakutan penyiksaan<br />

atau kematian yang tampaknya segera akan terjadi, yang meresahkannya. Ia menemui kemelut,<br />

dan dia merasa tidak sanggup menghadapinya. Oleh karena kelemahannya kebenaran mungkin<br />

akan menderita kerugian. Ia bergumul dengan Allah bukan untuk keselamatannya, tetapi demi<br />

kemenangan Injil. Seperti Israel, yang pada malam itu bergumul sendirian di tepi sungai,<br />

demikianlah penderitaan dan pergumulan jiwanya. Seperti Israel, ia menang dipihak Allah.<br />

Didalam ketidak berdayaannya, imannya berpegang teguh kepada Kristus, Penyelamat perkasa<br />

itu. Ia dikuatkan dengan jaminan bahwa ia tidak akan tampil sendirian dihadapan konsili.<br />

Kedamaian kembali memenuhi jiwanya, dan ia bersukacita oleh karena diizinkan untuk<br />

meninggikan firman Allah dihadapan penguasa penguasa bangsa itu.<br />

Dengan pikirannya tetap tertuju kepada Allah, Luther mempersiapkan diri menghadapi<br />

perjuangan yang menghadangnya. Ia memikirkan rencana jawaban yang akan diberikannya. Ia<br />

memeriksa tulisan tulisannya, dan mengambil bukti bukti dari Alkitab untuk mempertahankan<br />

99

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!